Desy Eka Fitrian (Etos kerja dalam pandangan Islam)


ETOS KERJA DALAM PANDANGAN ISLAM

Desy Eka Fitrian
Mahasiswa Program Studi Bisnis dan Manajemen Syariah
Univesitas Muhhamdiyah Sumatra Utara
Email: desyekafitrian4@gmail.com




1.    Paradigma Ilmu dalam Pandangan Islam yang Menjadi Dasar Pengembangan Konsep Etos Kerja dalam Pandangan Islam

Bagaimana peran penting paradigma Islam dalam pengembangan ilmu dan beberapa paradigma Islam yang digunakan dalam pengembangan ilmu khusus, khususnya dalam penelitian ini yakni tauhid, ilmu, akhlak dan ibadah.

1.1              Pentingnya Paradigma Islam dalam Pengembangan Ilmu

Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kerangka pikir untuk melihat suatu permasalahan. Pengertian paradigma selanjutnya berkembang dari definisi paradigma pengetahuan yang dikembangkan oleh Kuhn dalam rangka menjelaskan cara kerja dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Paradigma pengetahuan merupakan perspektif intelektual yang dalam kondisi normal memberikan pedoman kerja terhadap ilmuwan yang membentuk ‘masyarakat ilmiah’ dalam disiplin tertentu. Pengertian lain dari paradigma ilmiah adalah sebagai gambaran intelektual yang daripadanya dapat ditentukan suatu subjek kajian. Perspektif intelektual inilah yang kemudian akan membentuk ilmu pengetahuan normal (normal science) yang mendasari pembentukan kerangka teoritis terhadap kajian-kajian ilmiah. Pengertian paradigma juga menjadi gambaran fundamental mengenai subjek ilmu pengetahuan. Paradigma memberikan batasan mengenai apa yang harus dikaji, pertanyaan yang harus diajukan, bagaimana harus dijawab dan aturan-aturan yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang diperoleh.  Paradigma dalam ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia dalam kesehariannya maupun dalam penyelidikan ilmiah. Paradigma dalam hal ini dibatasi pada paradigma pencarian ilmu pengetahuan, yaitu suatu keyakinan dasar yang digunakan berbagai kalangan untuk mencari kebenaran realitas menjadi suatu ilmu atau disiplin ilmu pengetahuan. Dalam mengembangkan suatu paradigma ilmu kita harus dapat melihat cara pandang yang menjadi aspek filosofis dan metodologis dalam menemukan ilmu pengetahuan, yaitu: dimensi ontologis (dimensi yang membicarakan hakikat ilmu), dimensi epistemologis (dimensi yang membicarakan bagaimana memperoleh ilmu), dimensi aksiologis (dimensi yang membicarakan nilai ssebuah ilmu), dimensi retorik (dimensi yang membicarakan tentang bahasa yang dipakai dalam pemikiran ilmu), dan dimensi metodologis (dimensi yang membicarakan metode-metode memperoleh ilmu).  Paradigma sangat penting perannya dalam mempengaruhi teori, analisis mau pun tindak perilaku seseorang. Karena paradigma sangat menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma pulalah yang mempengaruhi pandangan seseorang apa yang baik dan buruk, adil dan yang tidak adil. Oleh karena itu, jika ada dua orang yang melihat sesuatu realitas sosial yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan perilaku yang berbeda pula. Perbedaan ini semuanya dikarenakan perbedaan paradigma yang dimiliki, yang secara otomatis memengaruhi persepsi dan tindak komunikasi seseorang. (mohammad iqbal, 2012)

Sumber-sumber pengembangan ilmu dan Islam.

Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama, Alquran adalah Kalamullah yang diturunkan pada rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Kedudukan Hadist sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat Alquran dan Hadist juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.
Menurut bahasa Hadist artinya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Pengertian Hadist seperti ini sejalan dengan makna hadis Nabi yang artinya : ”Barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji, maka pahala bagi yang membuat sunnah itu dan pahala bagi orang yang mengerjakanny; dan barang siapa yang membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang membuat sunnah yang buruk itu dan dosa bagi orang yang mengerjakannya.
 (Amar, 2013)

Metode pengembangan ilmu dan islam.

Penelitian lapangan ini menggunakan pendekatan kualitatifkuantitatif untuk memperkuat temuan-temuan yang diperoleh dari nara sumber dan data lapangan. Kualitatif digunakan untuk menemukan kecenderungan yang tidak bisa dikuantifikasi dengan angka-angka, sedang kuantitatif diperlukan untuk mendukung kecenderungan yang terungkap melalui pendekatan kualitatif. Untuk memudahkan penelitian ini, maka penjelasan menyangkut arah dan orientasi dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:Definisi variable penelitian untuk mengukur kualitas keagamaan pada individu subyek dalam penelitian ini, digunakan pendekatan multi dimensional terhadap penilaian kualitas keagamaan yang dirumuskan Glock,31 antara lain:Aspek ritual (ritual involvement), Aspek ideologi ideological involvement), Aspek intelektual(intellectual involvement). Aspek pengalaman (experience involvement), Aspek konsekuensi sikap dan komitmennya terhadap ajaran agama (consequential involvement). Adapun etos dan produktivitas kerja diukur melalui aspek-aspek sebagai berikut: Sikap terhadap kerja, Etika kerja, Keberhasilan kerja.


1.2              Paradigma Tauhid
Tauhîd ialah mempercayai bahwa Allah itu ada dan bekarjalah seolah-olah dia melihatmu dan engkau melihatnya. Ketika seseorang bekerja dengan iklas karna Allah dan yang dikerjakan untuk ibadah maka kesusahan yang ia peroleh dari pekerjaan itu akan terasa indah. Yakin   akan mendorong bahwa kerja dan hasil kerja adalah sarana untuk men-Tauhidkan Allah SWT. (Acep Mulyadi, 2008)

“Ibrahim itu bukanlah seorang Yahudi, bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif/bertauhid dan muslim/berserah diri. Dia juga bukan termasuk golongan orang-orang musyrik.”
Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 67


1.3              Paradigma Ilmu

Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, baik dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya. (THOMAS, 2013). Segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang maka tidak ada yang sesuai dengan hasil yang diinginkan dengan ilmu yang dimiliki maka segala kesulitan yang dimiliki dapat diselesaikan dengan mudah dengan keputusan-keputusan yang bijak. Ilmu dapat diperoleh dimana saja bukan hanya di dunia pendidikan saja melainkan dimanapun kita menapakkan kaki maka ilmu senantiasa menghampiri kita jika ingin memperoleh ilmu itu maka ia akan dating, oleh karena  itu jangan perna puas dengan ilmu yang dimiliki teruslah berusaha untuk mencapai hal yang positif.
‘’Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Al-Qur’an Surah. Al-Mujaadilah ayat 11

1.4              Paradigma Ahlak
Ahlak ialah sifat yang mantaf di dalam diri yang membuat perubutan yang dilakukannya baik atau buruk, jelek atau bagus. Etos kerja seseorang sebaiknya digunakan dalam dunia bekerja, aklah yang baik mencirikan kepribadian yang  baik juga.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Al-Qur’an Surah Isra ayat 23


1.5              Paradigma Ibadah
Ibadah ialah taat, menurut, mengikut, tunduk. Bekerjalah untuk ibadah karena apabila bekerja dengan ibadah rizki yang di peroleh maka hasilnya juga benar pekerjaan ada yang di larang dan juga diperbolehkan dalam Islam. (tanjung, 2015). Pekerjaan yang dijalani harus halal dan baik. Bekerja harus dengan ibadah Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (AL-Qur’an Surah. Al Baqarah 2: 172). (Ibnu ali, 2013). Bekali diri dengan nilia-nilai ibadah yang baik dan kuat agar segala kegiatan bekerja tetap istikoma dijalan Allah.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Al-Qur’an Surah Al Bayyinah Ayat 5  

2. Model konsep etos kerja dalam pandangan Islam menurut pandangan Islam.

2.1.   Bekerja sebagai implementasi ibadah .



Kerja adalah ibadah. Kerja merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada manusia. Oleh karena itu orang bekerja penuh anthusias. Dengan pandangan tersebut akan tertanam sikap mental pada setiap pegawai, yaitu bahwa, Karena bekerja adalah Amanah, maka dia akan bekerja dengan kerinduan dan tujuan agar pekerjaannya tersebut menghasilkan “performance” yang optimal. Memilki semacam kebahagiaan melaksanakan pekerjaan , karena berarti telah melaksanakan amanah Allah SWT. Selalu tumbuh kreativitas untuk menegmbangkan, memperkaya dan memperluas karya dan baktinya. Memilki perasaan malu hati apabila melaksanakan pekerjaan dengan asal-asalan, karena berarti khianat terhadap Amanah Allah SWT.  (husnul amri, 2010)

 “Katakanlah: hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu masing-masing. Sesungguhnya aku akan bekerja (pula),maka kelak kamu akanmengetahui”
 Al-Qur’an  Surah: Az-Zumar ayat 39 .

2.2.   Kerja sebagai implementasi tauhid.

Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk mencapai jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan ebih lanjut dikatakan bekerja adalah aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT. (Ahmad Abrar, 2016).






“Sesungguhnya orang-orang yang karena rasa takut mereka kepada Rabbnya maka mereka pun dirundung oleh rasa cemas. Orang-orang yang mengimani ayat-ayat Rabb mereka. Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Rabb mereka. Begitu pula orang-orang yang memberikan apa yang mampu mereka sumbangkan sementara hati mereka diwarnai dengan rasa takut, bagaimana keadaan mereka kelak ketika dikembalikan kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang terdahulu melakukannya.”
Al-Qur’an  Surah: al-Mu’minunn ayat  61.

2.3.  Perbuatan sebagai implementasi aklaq.

Perbutan bukan sekedar sopan santun dan tata karma yang bersifat lahiriah dari seseoraang kepada orang lain. Perbutan adalah sikap dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupannya dimuka bumi ini. Sikap dan perilaku manusia sangat dipengaruhi lingkungannya. Kepribadian setiap manusia hamper sama sekali bersifat sosial. Mereka akan mengikuti apa-apa yang ada disekitarnya Perbuatan yang baik akan menciptakan etos kerja yang baik antar sesama pekerja acar tercipta etos kerja antar sesama. (Ibrahim, 2016).

“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Al-Qur’an  Surah: al-anbiya ayat 107

2.4.  Informasi bebagai implementasi ilmu.

Informasi diperluikan dalam usaha seseorang memperoleh ilmub namun informasi semata-mata tidak mencukupi untuk menjadikan seseorang itu berilmu. Pemahaman yang betul tentang perbedaan dan hubungan antara ilmu dan infiormasi ini dapat membantui kita menilai secara yang betul kedudukan teknologi informasi dan komunikasi.
Informasi juga dapat digunakan pada saat bekerja dengan penyampaian dan penerimaan informasi yang baik dapat menjadikan pekerjaan semakin mudah etos kerja juga baik. (H. Didiek ahmad supade, 2012)





"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Al-Qur’an  Surah: Al-Mujaadilah ayat 11
 

Kesimpulan

Etos kerja Islam bertujuan untuk menciptakan manusia yang mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk meraih sukses. Ciri utama etos kerja dalam Islam adalah terpenuhinya empat syarat yaitu : harus mencari kekayaan dunia dengan halal, tidak meminta-minta untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, dan karena ada belas kasihan pada tetangga atau dalam arti luas untuk membangun masayarakat. Seorang yang bekerja hanya untuk mengumpulkan kekayaan tidak termasuk etos kerja Islam. Etos kerja merupakan keharusan setiap individu, bukan saja untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, juga menghindari dari kefakiran. Sebab kefakiran menyebabkan seseorang mengidap lemahnya iman, lemah akal dan lemah kepribadian.
Melakukan pekerjaan dengan bersungguh-sungguh, tekun dan sebaik-baik mungkin. Kesungguhan bekerja dan menyempurnakan amanah dalam lingkungan kepakaran dan kecekapan ini dituntut oleh Islam dan hal ini dinyatakan dalam sabda Rasulullah salallahualaiwasalam yang "Sesungguhnya Allah itu suka jika seseorang dari pada kamu membuat sesuatu pekerjaan dengan    tekun   dan      sebaik-baiknya."
            Bekerja hukumnya wajib, Islam melarang umatnya meminta-minta. Namun bekerja keras dalam hidupnya juga tidak boleh, Islam menganjurkan agar manusia memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, tetapi juga beramal atau berbuat untuk kehidupan akhiratnya. Dalam melakukan pekerjaan biasakanlah untuk tidak menunda-nunda waktu, kerjakan suatu yang bisa dikerjakan jangan sampai ditunda esok hari karena pekerjaan itu akan jadi bertumpuk.


                     

DAFTAR PUSTAKA

Acep Mulyadi. (2008). Relasi antara kualitas keagamaan dengan etos kerja. TURATS , Vol. 4, No. 1,, 15.
Amar. (2013). sumber ajaran Islam. stain pekalongan , 5.
Ibnu ali. (2013). Bekerja dalam Islam bernilai Ibadah. nilai Islam , 5.
mohammad iqbal. (2012). paradikma ilmu. filsafat ilmu , 3.
tanjung. (2015). pengertian ibadah. artikel islam , 1.
THOMAS, K. (2013). penertian ilmu. Arti dan pengertian menurut kamus besar bahasa Indonesia , 2.

Ahmad Abrar. (2016). Etos kerja dalam Islam. Pintania's Blog , 8.

H. Didiek ahmad supade. (2012). pengantar studi islam. jakarta: rajawali pers.

husnul amri. (2010). bnekerja sebagai ibadah dan amanah. subscribe , 6.

Ibrahim. (2016). Akhlak dalam Islam. aklak islam , 7.

 




Comments

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete

Post a Comment