Rahman Syah (Kepuasan Pelanggan Dalam Perspektif Islam)

KEPUASAN PELANGGAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM
Rahman Syah



  1. Paradigma Ilmu dalam pandangan Islam yang menjadi pengembangan Konsep Kepuasan pelanggan
A.    Pentingnya Paradigma Islam dalam Pengembangan Ilmu
Munculnya Islam sebagai sebuah agama yang membawah suatu tujuan untuk memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Islam merupakan salah satu agama yang menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Al-Qur’an sebagai sebuah kitab suci telah memancarkan sinar cahaya ilmu pengetahuan bagi umat muslim. Qur’an dijadikan sebagai sumber dan kerangka berpikir dalam merenungkan kekuasaan Allah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi bagi umat muslim  (Armawan Ar-Rhaflizh, 2013).
Didalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan pentingnya ilmu. Sehingga ayat yang pertama turun juga menyataka iqra’ yang bearti bacalah. Manusia disuruh untuk membaca semua ayat-ayat Allah baik berupa teks maupun yang terhampar seperi alam, sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Manusia di suruh agar membaca semua tanda-tanda kekuasaan Allah dan mengambil pelajaran daripadanya. Membaca sangat penting agar mendapat ilmu pengetahuan. Dibawah ini ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menyatakan akan pentingnya ilmu(Armawan Ar-Rhaflizh, 2013).
Di dalam Ajaran islam ada dua jalan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu (1) akal dalam penertian potensi yang diberikan oleh Allah kepada manusia, dengan menggunakan kesan – kesan yang diperolehn pancaindra sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan, (2) wahyu dalam pengertian komunikasi dari tuhan kepada manusia. Kedua perolehan pengetahuan manusia dimaksud, (a) pengetahuan yang di peroleh manusia melalui wahyu yang diyakini bersifat absoulut dan mutlak benar, dan (b) pengetahuan yang di peroleh manusia melalui akan yang bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah (Zainuddin Ali, 2010).




Sumber – sumber ilmu dalam Al-Qur’an dan Hadist
Al-Qur’an
Islam adalah sebuah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan,
bukan hanya dalam teori, tetapi juga dalam praktik/kenyataan. Penghargaan ini terungkap dalam banyak ayat Al-qur’an maupun hadits yang memberikan pujian yang tinggi terhadap orang yang berilmu. Sebagai contoh, Al-qur’an
mengumpamakan orang yang berilmu dengan orang “melek” (al-bashir), dan
orang yang tidak berilmu dengan orang buta (al-a’ma). Dan tentu kita semua tahu keunggulan orang yang melihat terhadap orang yang buta. Sedangkan hadits menyatakan bahwa “tinta seorang alim, lebih berharga dari darah seorang syahid” .

dalam Qur’an surat Al-‘Isra’ ayat 36 Allah berfirman
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya(1),. Sensungguhnya pendengeran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggun jawaban (2)”.
 (Qur’an surat Al-‘Isra’ ayat 36)

Maksudnya dari Qur’an surat Al-‘Isra’ ayat 36, (1) jangan mengikuti apa yang tidak kamu ketahui dan tidak penting bagimu. Jika kita memiliki pengetahuan, maka manusi boleh menetapkan suatu hokum berdasarkan pengetahuannya itu (Tafsir Imam Qurthubi), (2) masing – masing dari semua itu ditanya tentang apa yang dilakukannya. Hati ditanya tentang apa yang dia pikirkan dan dia yakini. Pendengaran dan Pengelihatan ditanya tentang apa yang dilihat, dan pendengaran ditanya apa yang ia dengar. Semua anggota tubuh akan diminta pertanggungjawaban di hari kiamat (Tafsir Imam Qurthubi, Ibnu Katsir).
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al ‘Alaq: 1-5).

Hadist
 Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok 1: 106. Dihasankan oleh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 2026)
B.     Tauhid
Tauhid ialah ilmu yang membahas segala kepercayaan - kepercayaan yang diambil dari dalil - dalil keyakinan dan hukum - hukum didalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah SWT itu Esa  (Dr. Uhur Suharspautra, 2010).
Tauhid adalah ke Esaan Allah SWT terdapat dalam surat Al-Ikhlas dan ayat Kursi mengandung pelajaran ringkas dan penetapan yang sempurna serta penjelasan bermanfaat bagi tiga jenis tauhisd, yaitu tauhid rububiyyah, Tauhid Ululiyyah, dan Tauhid Asma’ was Sifat. Ayat ini memadukan penjelasan tauhid yang tidak didapatkan (secara terpadu) pada ayat – ayat lain, melainkan pada ayat –ayat yang berbeda. Syaikh ‘Abdurahman as-Sa’di berkata: “ayat ini meliputi Tauhid Rububiyyah, Ululiyyah, dan Asma’ was Sifat, juga menjelaskan tentang kekuasaan dan ilmu Allah yang meliputi segaa sesuatu. Di samping  itu, menerangkan luasnya kekuasaan, kebesaran, keuliaan, dana keangungan-Nya, serta ketinggian-Nya atas seluruh makhluk-Nya. Ayat ini dengan kensendiriannya merupakan ‘aqidah dalam Asma’ul Husna yang mencangkup seluruh nama – nama yang indah dan sifat – sifat yang mulia  (Syaikh 'Abdurrazzaq bin 'Abdul Muhsin al-Badr).
Pelajaran pertama yang harus dikenalkan kepada setiap Muslim adalah ilmu tauhid, ilmu untuk mengesakan Allah sebagai Penguasa dan Pencipta seluruh alam. Inti dakwah setiap Rasul pun temanya adalah tauhid. Itu sebabnya mengapa masalah tauhid ini menjadi penting. Dan sebagai makhluk yang paling cerdas, manusia memiliki kewajban terhadap Penciptanya, Allah SWT. (Inayati Ashriyah, 2012).
            Sebagai muslim untuk meningkatkan nilai tauhid di dalam kehidupan kita hendaknya kita mendekatkan diri kita kehadapan Allah, dengan cara:
1.      Mengimani, mengenal, dan mengesakan Allah SWT, 2. Beribadah hanya kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya, 3. Mendekatkan diri kepada-Nya, 4. Menaati dan Mencintai-Nya, 5. Berserah diri hanya kepada-Nya, 6. Merasa Diawasi, 7. Takut kepada Allah SWT, 8. Memint pertolongan hanya kepada Allah SWT, 9. Memperbanyak dzikir dan istighfar  (Inayati Ashriyah, 2012).

C.     Ilmu
Al-Qur’an jelas menyatakan perintah pentingnya ilmu pengetahuan bagi membolehkan manusia benar – benar berfungsi sebagai hamba dan khalifah Allah SWT di dunia. Ini dapat difahami melalui pengikrirafan Allah SWT terhadap manusai dapat mengenali Tuhan, alam, diri mereka sendiri serta makhluk lain, termasuk malaikat. Perkara ini membplehkan manusia berfungsi dengan sebaik mungkin di dunia ini  (Mohd Liki Hamid, 2004).
Kepentingan menutut ilmu terdapat banyak sekali ayat – ayat Al-Qur’an dan sunah yang memperkatakan tentang ilmu dan ulama serta hal – hal yang berkaitan dengannya . Ayat pertama yang diturunkan poleh Allah SWT dalam surah Al-Alaq ayat 1 sampai y yang bermaksud, “bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sekalian makhluk. Ia mencpta manusai dari pada segumpal dara. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan. Ia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya” (Mohd Liki Hamid, 2004).
Dalam Al-Qur’an, orang yang berilmu diberikan kelebihan berbanding orang yang tidak berilmu dengan beberapa derajat. Firman Allah SWT surah Al- Mujadalah ayat 11 yang bermaksud, “Allah meninggikan derajat orang – orang yang beriman di antara kamu dan orang – orang yang diberikan ilmu, bebeapa derajat (Mohd Liki Hamid, 2004).
 
D.    Akhlak
Akhlak dalam Al-Qur’an. Lama setelah Rasulullah SAW. meniggal dunia, orang bertanya kepada ‘A’isyah: “Bagaimana akhlak Raulullah SAW?” ‘A’isyah berkata: “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” Ketika orang mendesaknya: “Apa yang dimaksud dengan akhlak Raulullah itu Al-Qur’an?” “A’isyah meberikan contoh: “tidakkah kamu baca Surah Al-Mu’minu?” Mungkin karena dalam Surah Al-Mu’minun, karakteristik seorang mukmin secara jelas digambarkan dengan akhlaknya  (Jalaluddin Rakhmat, 2007).
Al-Qur’an membawa ajaran akhlak, baik itu akhlak Rabbaniah (yang membentuk hubungn dengan Allah) dan akhlak Insaniah (yang membentuk hubungan sesama Manusia), sering didapati Al-Qur’an menyatukan antara akhlak Rabbaniah dan Akhlak Insaniah, serta meletakkan keduanya dalam satu jalinan. Hal ini seperti kita temukan dengan jelas dalam menyebutkan sifat-sifat orang muttaqin pad awal surat al-Baqarah, sifat-sifat kaum ulil albab di surat ar-Ra’d. sifat-sifat ibadurrahman ‘hamba-hamba yang dikasih’ pada akhir surat al-Furqan, sifat-sifat kaum muhsinin dalam surat adz-Dzaariyat, sifat-sifat kalangan abrar ‘baik’ dalam surat al-Insan, serta surat-surat lainnya dalam Al-quran  (DR. Yusuf Qardhawi, 1999).
Akhlak menduduki tempat paling dominan dalam Islam lantaran ia memakai dimensi roh kepada islam itu sendiri. Setiap aspek ajaran Islam seperti iman, ilmu, ibadah dan semua aktivitas ekonomi, politik dan sosial  (Mohd. Nasir Omar, 2005)dikuasai, dijiawi dan disahkan oleh akhlak sebagaiman dimensi roh menguasai jasad manusia. Jika roh dipisahkan daripada jasad, jasad akan mati dan tidak berfungsi lagi. Begitulah juga pentingnya akhlak kepada aspek ajaran Islam (Mohd. Nasir Omar, 2005).

E.     Ibadah
Menurut Syaikul Islam mengatakan ibadah adalah sebutan yang mencakup segala sesuatu yang disukai dan di ridhoi oleh Allah SWT. Dalam bentuk ucapan dan perbuatan Batin dan Lahir seperti sholat, puasa, haji, kebenaran dalam berupa penunain amanah, berbakti kepada Ibu Bapak, silaturahmi, dan lain – lain (Bachrul Ilmy, 2008).
Dalam Al-Qur’an Surah al-An’am ayat 162 – 163 berisi tentang kewajiban manusia untuk beribadah kepada Allah, secar ikhlas. Ikhlas berarti melakukan perbuatan semata-semata karena AllaH SWT. Ketika Anda melaksanakan shalat , tujuan utama adalah beribadah kepada Allah. Tujuan salat berikutnya adalah untuk mengingat-Nya. Hal ini sesuai firman Allah dalam surah Taha ayat 14, ayat artinya: “Sungguh, Aku ini Alla, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembhalah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku
Surah al_An’am ayat 162-163 merupakan komitmen manusia dengan Allah SWT, yang merupakan pernyataan sikap, baik hidup maupun mati semata-semata untuk mencari ridha Allah SWT. Hal ini terdapat dalam kamlimat , “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hiudpku, dan matiku hanyalah unutk Allah,. Tuhan semesta alam.” Pernyataan tersebut merupakan prinsip hidup seorang muslimyang memurnikan keimanannya. Dengan kata lain, orang yang seperti itu disebut orang mukhlis (orang yang ikhlas) (Bachrul Ilmy, 2008).
Dalam Islam, ibadah memainkan peranan yang penting dalam pembentukan pribadi seseorang. Sebab, tujuan penciptaan manusia adalah untuk untuk beribadah kepada Allah SWT, dalam Surat Adh-Dhariyat ayat 56 yang arinya”Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku.”

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa segala sesuatu, seperti makanan, minuman, pelajaran, pekerjaan, pendidikan jasmani, perkawinan dan medidik anak, merupakan faktor-faktor yang menaati dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mantap beribadah kepanya-Nyah.


F.      Mardhatillah (Keridohan Allah SWT)
Mardhatillah atau keridohaan Allah SWT, apabila Allah SWT meridhoi kita, hidup kita lebih terpimpin, teratur, dan terurus, ketengan, kedamaian, dan kebahagiaan bertamu dalam diri kita  (Beni Kurniawan , 2010).
Pentingnya Mardhatillah dalam diri kita adalah hati menjadi tenang, hidup kita penuh berkah, kita ambil contah seoang pembisnis bila hanaya mencari keuntungan materi, sekali – kali ia mendapakatkan kerugian hatinya akan gelisah, lain halnya dengan seseorang pebisnsis yang bukan hanya mencari keuntungan materi tapi mencari ridhonya Allah, apabaia di dalam keadaan merugi dalam bisnisnya iya akan tenang, karena ia tau, Allah takkan memeberi cobaan kepada hambanya kalau melebihi kapasitas kekuatannya..


2.            Konsep Kepuasan Pelanggan Dalam Prespektif Islam

2.1          Implementasi Hablum Minallah Wa Hablum Minannas Dalam Konsep Tauhid Dalam Prespektif Islam

                Salah satu keharusan muslim adalah menjalin du hubungan, yaitu hablum minallah (hubungan yang baik dengan Allah) dan Hablum Minannas (hubungan baik dengan manusia). Allah berfirman,

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada orang tua, karib- kerabat, anak – anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tatangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”

                (Qur’an Surat an-Nisaa Ayat:36)  (Ahmad Yani, 2006).

Didalam ayat di atas, manusia harus menjalin hubungan yang baik kepada Allah SWT, dengan menyembah dan menunjukkan pengabdian kepada-Nya tanpa syirik, baik yang besar Maupun yang kecil. Dan ayat di atas menjelaskan hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, sudah seharusnya manusia bisa menjalin hubungan yang sebaik-baiknya (Ahmad Yani, 2006).



Dalam konteks Kepuasan Pelanggan, Interaksi antara penjual dan pembeli (hubungan baik manusia), Allah berfirma dalam Qur’an Suar Ali-Imran Ayat 159 telah memberikan pedoman kepada mukmin (pelaku usaha) agar berlemah lembut (memuaskan kepada obyek dakwah (customer /pelanggan)  (Arif Sulfianto, 2010).
                                                (Qur'an Surat Ali-Imran Ayat 159) 

  2.2          Implementasi Pengembangan diri dalam Konsep Ilmu Menurut Prespektif islam

                Pengembangan diri adalah aktifitas mengajari diri dengan hal-hal yang baik, yang berpotensi

mendorong kita untuk beraktualisasi sepenuh-penuhnya, yang mampu meanta diri dan menjawab berbagai tantangan baik dirinya maupun lingkungannya secara adaftif dan konstruktif baik dilingkungna keluarga dan masyarakat (Sudirman Anawar, 2015).

Dalam Konteks kepuasan pelanggan, dalam usaha kita harus meliki ilmu yang mampu mengembangkan kepribadian kita sebagai pengusaha secara adaftif dan konstuktif serta mampu berinovasi dalam usaha sehingga mampu menarik pelanggan dan membuat mereka mendapatkan kepuasan tersendiri.



Dalam Menjalankan usaha kita memerlukan ilmu, tanpa ilmu usaha yang kita jalani akan sia-sia
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu Itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.
( Al-Qur’an Aurat Saba Ayat 34  : 6 )
 
2.3          Impelementasi Etika dalam Konsep Akhlak Menurut Prespektif Islam
Etika berkaitan dengan kebiasan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari suatu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yan lain (Sonny Keraf, 1998).

Etika diperlukan dalam kepuasan pelanggan, dangan etika yang baik maka seoarang konsemun atau seoarang pelanggan akan nyaman dan tak henti-hentinya datang.

Sikap (Etika) Rasulullah dalam berdagang yaitu:

Pertama; yaitu benar dan jujur, tidak pernah berdusta dalam melakukan berbagai macam transaksi bisnis  (Didin Hafidhuddin; Hendri Tanjung, 2003).

Kedua; Tabligh, yaitu mampu berkomunikasi dengan baik.istilah ini juga diterjemahkan dalam bahas manajemen sebagai supel, Cerdas, deskripsi tugas, delegasi wewenang, kerja tim, cepat tanggap, koordinasi, kendali, dan supervise  (Didin Hafidhuddin; Hendri Tanjung, 2003).

Ketiga; Istiqamah, yaitu secara konsisten manampilakan dan mengimplementasikan nilai-nilai yang mengandung godaan & tantangan (Didin Hafidhuddin; Hendri Tanjung, 2003).
 
 
2.4          Implementasi bekerja dalam Konsep Ibadah menurut Prespektif Islam

Al-Qur’an menyatakan:
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan daripadanya biji-bjian, maka daripadanya merekan makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, da dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah merekah tidak bersukur”
                                                                      (Al-Qur’an Surat Yasin Ayat 33-35)

Rangkaian ayat itu menuntut manusia agar bersyukur kepada Allah SWT dengan cara beriman kepada-Nya atas nikmat yang telah dianugerahkan-Nya. Nikmat tersebut, yaitu: Pertama, Allah SWT telah memberi kesempatan kepada manusia untuk bekerja secara produktifitas dan sukses dalam hidupnya, dan kesempatan yang diberikan Allah ini bergantung pada pekerjaan yang dilakukan oleh manusia sendiri di samping menyadarkan diri kepada kehendak-Nya. Kedua, kehendak Allah menyediakan lingkungan agar manusia dapat hidup didalamnya (Abdul Hamid Mursi, 1997)

 

2.5 Implementasi Perbuatan dalam Konsep Mardhatillah dalam Prespektif Islam

Segala perbuatan dan aktivitas kehidupan seorang muslim selalu dilakukan untuk mencapai mardhatillah (ridha Allah). Jiwanya tidak terbagi kepada tuhan yang terbilang untuk mengharapkan ridha meraka Allah berfirman yang artinya:

“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seoarang budak yang menjadi milik penuh dari seoarang laki-laki (saja). Adakah kedua budak itu sama halnya …?”

                                                               (Al-Qur’an Az-Zumar Ayat 29)



Budak yang pertama beribadah kepada bebrapa tuhan sehingga ia merasa budak yang untuk mendapatkan ridha mereka, sedangkan budak yang kedua hanya beribah kepada saut Ilahi ( (Muhammad Bin Abdurrahman Al Khumayyis , 1994 )

Dalam konteks dalam Mendapatkan Kepuasan Pelanggan, Harus memiliki etika dalam bernisnis yang sudah Rasull ajarkan kepada kita Umatnya, dalam berbisnis bukan hanya keuntungan materi semata tapi harus mendapatkan ridha Allah (Mardhatillah).

Kesimpulan:

Dalam kehidupan seseorang pastinya tidak bisa hidup sendiri, ia harus bersosialisali kepada orang lain, salah satunya ialah berdagang (berbisinis). di dalam berbisnis ada interaksi antara penjual dan pembeli, penjual pastinya Ia ingin si pembeli (konsumen) selalu datang kepada penjual untuk membeli barang-barang nya, jelas si penjual harus membuat si pembeli puas dengan pelayanan dan barang dagangannya, Rasulullah mengajarkan kita bagaimana kita bersikap dalam berdagang dan InsyaAllah mendapatkan kepuasan pelanggan, sikap (etika) tersebut:

Pertama; yaitu benar dan jujur, tidak pernah berdusta dalam melakukan berbagai macam transaksi bisnis  (Didin Hafidhuddin; Hendri Tanjung, 2003).



Kedua; Tabligh, yaitu mampu berkomunikasi dengan baik.istilah ini juga diterjemahkan dalam bahas manajemen sebagai supel, Cerdas, deskripsi tugas, delegasi wewenang, kerja tim, cepat tanggap, koordinasi, kendali, dan supervise  (Didin Hafidhuddin; Hendri Tanjung, 2003).



Ketiga; Istiqamah, yaitu secara konsisten manampilakan dan mengimplementasikan nilai-nilai yang mengandung godaan & tantangan (Didin Hafidhuddin; Hendri Tanjung, 2003).

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

Bibliography


Bachrul Ilmy. (2008). Agama Islam. Bandung: Grafindo Media Pratama .
hur Suharspautra. (2010). Pendidikan Agama Islam . Jakarta : Balai Pusaka.
DR. Yusuf Qardhawi. (1999). Berinteraksi dengan Al-Qur'an. jakarta: Gema Insani Press.
Inayati Ashriyah. (2012). Ibadah Ringan Berpahala Besar untuk Wanita . Bandung : RuangKata Imprint Kawan Pustaka .
Jalaluddin Rakhmat. (2007). Dahulukan Akhlak di atas Fiqih. Bandung : PT. Mizan Pustaka Anggota IKAPI.
Malahayati. (2010). Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah . Yogyakarta : Jogja Great! Publisher (Anggota Ikapi).
Mohd Liki Hamid. (2004). Pengajian Tamadun Islam . Kuala Lumpur: PTS profenssional .
Mohd. Nasir Omar. (2005). Akhlak dan Kaunseling . Kuala Lumpur : Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd.
Mohd. Nasir Omar. (2005). Akhlak dan Kaunseling Islam. Kuala Lumur: Utusan Publications & Distrubutors Sdn Bhd.
Prof. Abdul Rahman H. Habanaka. (1990). Metode Murusak Akhlak dari Barat. Jakarta: Gema Insant Prees.
Syaikh "Abdurrazzaq bin "abdul Muhsin al-Badr. (Jakarta ). Keanggungan Nilai - Nilai Tauhid dalam Ayat Kursi. 2006: pustaka Imam Syafi'i.
Armawan Ar-Rhaflizh2013Al-Qur'an sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi Masyarakat MuslimArmawanPena
Zainuddin Ali2010Pendidikan Agama Islam Jakarta PT. Bumi Aksara



Abdul Hamid Mursi. (1997). SDM Yang Produktifit. Jakarta : Gema Insani Press.
Ahmad Yani. (2006). 160 Materi Dakwah Pilihan . Jakarta: Al Qalam.
Arif Sulfianto. (2010). Al-Qur'am Dan Kepuasan Pelanggan Bank Syariah . Academia.edu. Retrieved 2016
Didin Hafidhuddin; Hendri Tanjung. (2003). Manajement Syariah dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani Press.
Muhammad Bin Abdurrahman Al Khumayyis . (1994 ). Syirik dan Sebabnya . Jakarta : Gema Insani Press .
Sonny Keraf. (1998). Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI).
Sudirman Anawar. (2015). Management Of Student Development. Riau: Yayasan Indragiri.










           





Comments

Post a Comment