Fatma Dewi Wana Lubis (Konsep Distribusi dalam Pandangan Islam)


KONSEP DISTRIBUSI DALAM PANDANGAN ISLAM

Fatma Dewi Wana Lubis
Program Studi Bisnis dan Manajemen Syariah
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
email: fatmalubis29@gmail.com


1. Paradigma ilmu dalam pandangan Islam yang menjadi dasar pengembangan “Konsep Distribusi dalam Pandangan Islam”.

Bagian ini menjelaskan tentang bangaimana pentingnya paradigm islam untuk pengembangan ilmu. Adapun dalam penelitian ini beberapa paradigma tersebut antara lain tauhid, ilmu, akhlak, ibadah dan mardhatillah.

1. 1 Pentingnya Paradigma Islam dalam Pengembangan Ilmu

Islamisasi pengetahuan sudah dimulai pada abad permulaan Islam. Islam adalah agama yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan ,di tahun 1997 berbagai Negara muslim dan Negara-Negara barat menggerakkan sebuah gagasan yang disebut sebagai gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan. Gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan berangkat dari keprihatinan terhadap pemikiran Islam dalam tubuh umat Islam. Islamisasi ilmu pengetahuan ini merupakan kegiatan mengungkapkan,mengumpulkan,menghubungkan,dan menyebarluaskan menurut pandangan Islam terhadap alam,kehidupan dan manusia (Ismail Yusanto, 2002).

Paradigma konvensional yang kebanyakan gagasan-gagasan bertentangan dengan akidah Islam yang tidak boleh diyakini dan kebanyakan ilmu pengetahuan konvensional hanya melihat dari kebutuhan dunia saja tanpa melihat konsekuensi yang didapatkan setelah kehidupan dunia berakhir. Seperti halnya ilmu ekonomi konvensional,ilmu sebagai sesuatu yang sekuler (berorientasi hanya  kepada kehidupan dunia ,kini dan disini),tanpa memasukkan nilai ketuhanan sama sekali,sedangkan ilmu dalam ekonomi Islam diwarnai prinsip-prinsip religius (berorientasi dunia,kini dan disini sekaligus kehidupan akhirat nanti dan disana)  (Adiwarman A. Karim, 2012).

Makanya paradigma Islam terhadap pengembangan ilmu pengetahuan tidak dipisahkan untuk membangun konsep yang bernafaskan Islam tentunya yang berkaitan dengan keimanan dan hukum yang bersumber dari akidah,karena akidah melibatkan dua unsur tersebut

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan,tentunya ada sumber-sumber yang dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut. Islam sebagai Rahmatan lil Alamiin memiliki al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang membawa jalan yang lurus. Al-Qur’an adalah sebagai sumber dari ilmu pengetahuan.

Dalam realitas keilmuwan terdapat tiga macam kebenaran ,yaitu kebenaran i’tiqadi (imani),kebenaran syar’i dan kebenaran waqi’i. Kebenaran i’tiqadi adalah keyakinan seorang muslim yang secara pasti ,bersifat mutlak dan bersumber dari al-Qur’an yang merupakan firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Kebenaran syar’i adalah kebenaran yang ditetapkan berdasarkan keputusan syariat. Dan kebenaran waqi’i muncul dari ketetapan memformulasikan pengindaraan atas fakta-fakta yang ada. Kebenaran ini didapatkan dari pengamatan yang memiliki standart kebenaran dimata masyarakat (Ismail Yusanto, 2002).


Al-Qur’an, Hadist/as –Sunnah, serta Ijma dijadikan sebagai sumber-sumber pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Terus mencari ilmu,dan jangan sampai berpuas diri sama yang kita miliki sekarang,karena ilmu itu akan terus berkembang. Dalam mencari,dan menggali ilmu pengetahuan tidak boleh menyalahi sumber-sumber ilmu tersebut.

Orang-orang yang berilmu memiliki derajat yang tinggi dimata Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Islam sangat menghormati ilmu pengetahuan,dan banyak sekali firman Allah,Hadist,dan pepatah Islam yang menyuruh untuk menuntut ilmu. Dalam al-Qur’an  ilmu pengetahuan yang ada dihubungkan dengan pembuktian dalil-dalil  al-Quran, Hadist dan ijma’. Pencarian dan pembenaran dalam al-Qur’an itu menunjukkan  salah satu metode dalam pengembangan ilmu pengetahuan ,yang bersifat membangun ilmu yang didasarkan prinsip Islam. Terus mencari kebenaran,dan mengajarkan kepada orang lain agar mendatangkan manfaat bagi seseorang yang menuntut ilmu.

Al-Qur’an merupakan kitab yang sangat sempurna dalam menjelaskan metode pengembangan ilmu. Misalnya perlu mengingat dan menghafal  tersirat dalam

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
 (al-Qur’an Surah al-Baqarah (2) : 31)

Selain itu metode observasi, eksprimen,demonstrative dan metode intuitif. Dalam pengembangan ilmu dan teknologi observasi dan meniru kerja ciptaan_Nya adalah hal yang lazim misalnya meniru konsep fungsi sayap dan ekor dalam pesawat terbang. Selain observasi,dibutuhkan juga  imajinasi,analisa  untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang susah dijawab melalui observasi laboratorium. Dan terdapat banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan disiplin ilmu (Ansar Zainuddin, 2016)


1. 2 Paradigma Tauhid

Secara harfiah tauhid berarti menyatukan,mengesakan atau mengakui bahwa sesuatu itu satu,maksudnya adalah mengesakan atau mengakui akan keesaan Allah Subhanallahu wa Ta’ala (Mahasri Shobahiya, 2005)

Tauhid adalah esensi aqidah dan iman dalam Islam. Seorang muslim yang selalu ada Allah dihatinya,maka akan berhati-hati dalam melakukan semua hal. Tauhid berarti mengakui bahwa Tuhan yang menciptakan,memelihara,dan memerintah itu hanya Dia yang satu. Tauhid bagian yang terpenting dalam aqidah Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as- Sunnah,maka seharusnya umat Islam memahami dengan sesempurna mungkin sehingga jelas maknanya, dan memahami dalil-dalil al-Qur’an tentang Tauhid. Pemahaman yang utuh oleh seseorang tentang tauhid ,dia akan berjalan dalam satu arah,antara perkataan,pemahaman,dan perkataannya.

 tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?.  Itulah orang yang menghardik anak yatim,, dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin. . Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna. ”
(al-Qur’an surah al-Ma’un, 107 : 1-7)

Tauhid mempunyai kedududukan dan fungsi sentral dalam kehidupan seorang muslim,yang dijadikan sebagai dasar dalam aqidah,syariat,dan akhlak. Tauhid akan sebanding lurus terhadap pemahaman seseorang bagaimana akhlaknya terhadap Allah,manusia,dan alam,serta pemahaman kepada aqidah ,syariat seharusnya dimiliki seorang muslim yang beriman (Mahasri Shobahiya, 2005).

Seorang muslim yang percaya akan keEsaan Allah Subhanallahu wa Ta’ala ,dalam melakukan aktiitas apapun dia akan terjaga dari yang namanya dosa besar,maksudnya dia tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan yang mendekati syirik ,karena seorang muslim yang kuat tauhidnya akan selalu mengharapkan bantuan kepada Allah semata,karena manusia hanya boleh berharap kepada sang maha pencipta saja.


1. 3 Paradigma Ilmu

Ilmu berarti pengetahuan menurut Karl pearson dalam bukunya Grammar of Science merumuskan “ Science is the complete and consistent  description of the fact of experience in the simplest possible term “ (ilmu pengetahuail n adalah lukisan keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengamalan dengan istilah yang sederhana /sedikit mungkin (Didiek Ahmad Supadie, 2012).

Istilah ilmu merupakan terjemahan bahasa inggris science berasal dari bahasa latin scientia yang ditemukan dari  kata scire yang berarti mengetahui (to know) dan belajar (to learn),maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu (Sudarno Shobron, 2006).

Ilmu berarti proses,dimaksudkan bahwa ilmu tidak bersifat final,artinya kebenaran suatu ilmu bersifat relatif,  hari ini dianggap benar tetapi besok atau lusa kebenaran itu akan gugur tatkala ada kesimpulan baru yang didasarkan fenomena ataupun penelitian baru,ilmu itu akan selalu berkembang,di tambah lagi zaman yang semakin maju,kita lengah sedikit akan tertinggal dari yang lain (Sudarno Shobron, 2006).

Salah satu cirri yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu. al-Qur’an dan as-Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan,serta menempatkan orang-orang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Dan orang-orang yang berilmu bisa mengubah dunia. Ilmu dalam ajaran Islam mempunyai klasifikasi dan karakteristik yang bercorak ilahiyah ,oleh karena itu,ilmu dalam Islam tidak dapat dipisahkan dengan iman,bahkan dapat dikatakan bahwa ilmu berasal dari Allah yang maha Ilmu (Zainuddin, 2006).

“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu. ”
( al-Quran Surah  Az Zumar , 39 : 9)


1. 4 Paradigma Akhlak

            Akhlak didefinisikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan,tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar (Mahasri Shobahiya, 2005).

            Pengertian akhlak yang lain yaitu berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun ,yang berarti perangai,tabiat,adat,atau khalqun yang berarti kejadian ,buatan,ciptaan (Abu Ahmadi, 1991).

            Akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung tata nilai yang dipakai landasannya,meskipun secara sosiologis di Indonesia,makna akhlak sudah punya konotasi yang baik. Akhlak yang mulia adalah akhlak yang dimiliki orang-orang yang bertakwa ,berdoa kepada Allah semata,selalu berzikir ,dan selalu tawakkal di jalan Allah (Abu Ahmadi, 1991).

            Akhlak sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian seseorang,dan kajian akhlak sangat ditekankan dalam agama Islam,dan salah satu yang selalu dibahas untuk menyempurnakan prilaku umat manusia yang sesuai dengan ajaran Islam yang tertera dalam firmanNya,yaitu al-Qur’an ,dan hadist-hadist serta ijma’ yang bertujuan untuk membangun akhlakul karimah. Sebagaimana manusia  yang beriman ,haruslah memiliki akhlak yang terpuji terhadap Allah,terhadap diri sendiri ,keluarga ,masyarakat,dan terhadap alam (Abu Ahmadi, 1991).

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil lah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(al-Qur’an surah al –Maidah, 5 : 8)

            Akhlak yang baik harus ada dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan,bahkan dari hal yang terkecil sekalipun Allah subhanallahu wa Ta’ala sudah mengaturnya. Dan begitu indah jika prilaku manusia manusia dilandasi akhlak yang baik/terpuji seperti yang dicontohkan rasulullah shallahu alaihi wassalam.


1. 5 Paradigma Ibadah

            Manusia sebagai mahluk Allah yang diciptakan untuk beribadah kepadaNya untuk menggapai kebahagiaan di akhirat nanti yaitu surga yang indah ibadah adalah secara tunduk atau merendahkan diri,ibadah adalah ketaatan yang dilakukan dan dilaksanakan sesuai perintaNya,merendahkan diri dan menyerahkan seluruh cinta yang dimiliki hanya untuk Allah subhanallahu wa Ta’ala (Bob Susanto, 2015).

            Ibadah berarti perbuatan yang dilakukan untuk mengharapkan ridha Allah. Ibadah haruslah dilandasi dengan keikhlasan ,ikhlas karena Allah subhanallahu wa Ta’ala,ikhlas karena hanya berharap karena Allah ,dan tidaklah melakukan ibadah itu karena hanya unsure terpaksa  ,dan ibadah itu bukan hanya penggugur kewajiban saja,atau bahkan melaksanakan ibadah itu semata-mata ingin mendapat pujian dari Allah subhanallahu wa Ta’ala.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.

(al-Qur’an surah  al-Bayyinah, 98: 5)

            Seorang  muslim yang taat beribadah,dan ibadahnya juga dengan dasar keikhlasan tanpa ada unsur terpaksa dan benar-benar karena Allah subhanallahu wa Ta’ala akan  mendapat keberkahan dalam hidupnya. Begitu juga  dengan balasan yang akan didapatkan diakhirat nanti yaitu surga yang  indah.


1. 6 Paradigma Mardatillah

Mardatillah atau Ridha Allah adalah puncak dari cita-cita seorang hamba Allah subhanallahu wa Ta’ala ,seorang hamba Allah akan mengorbankan apa saja  agar   dapat diridha Allah. Setiap apa saja yang dilakukan manusia,tujuan nya hanya untuk mencapai keridhaan Allah,jika Allah ridha maka balasan yang didapatkan pun kebahagiaan (Waiman cakrabuana, 2012).

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”
(al-Qur’an surah al-Baqarah, 2 : 207)

Yakinlah jika Allah ridha terhadap yang kamu kerjaakan maka akan berhasil,selain itu juga dijanjikan surga Allah,tetapi jika sebaliknya jika seorang muslim mengerjakan hal yang tidak diridhai Allah,maka tunggulah kehancurannya.



2.KONSEP DISTRIBUSI DALAM PANDANGAN ISLAM
 
2.1    Implementasi Tauhid dalam Konsep Distribusi  dalam Pandangan Islam

Dalam ajaran agama Islam seorang yang beriman  itu tidak bisa dipisahkan dengan tauhid . Baik dalam aspek sosial,politik,ekonomi dan semua aspek kegiatan dalam hidup manusia.Tauhid akan menjadi landasan amal yang akan dilakukan manusia.Dengan konsep tauhid ini seorang yang beriman akan selalu ikhlas melakukan apapun karena Allah ,dan semua tidak  luput dari pengawasan Allah Subhanallahu wa Ta’ala karena Tauhid adalah unsur utama dalam agama Islam.
Orang yang mampu menauhidkan Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan melihat manusia lain sama dengan dirinya,dan karena itu dia akan memperlakukan orang lain sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan orang.Menurut Mausudul Alam Choudhury dalam bukunya Contribution to Islamic Economic Theory,menghubungkan aspek ketauhidan dengan  dimensi persaudaraan.Dalam pemikiran konsep tauhid tidak saja tercermin dalam hubungan vertical (manusia dengan khaliknya),tetapi terwujud dalam hubungan horizontal (manusia dengan sesamanya) (Euis Amalia, 2009).
Bentuk refleksi dari prinsip tauhid (kesatuan) dalam melakukan distribusi ,seseorang akan tunduk terhadap nilai – nilai Islami(Islamic man):1)tidak akan melakukan deskriminasi diantara pekerja ,penjual,pembeli,mitra kerja,dan sebagainya atas pertimbangan ras,warna kulit,gender,agama dan lainnya,2)tidak akan melakukan praktik yang tidak etis ,karena hanya Allah yang ditakuti dan dicintai,3)tidak akan menimbun kekayaan karena kekayaan merupakan amanah Allah Subhanalahu wa Ta’ala (Euis Amalia, 2009).
Dalam muamalah seperti distribusi,tauhid dijadikan pegangan untuk melakukannya dengan benar sesuai perintah Allah dan rasulnya ,namun dalam realita kehidupan ada orang yang kita lihat rajin sholat,puasa tapi melakukan kecurangan juga itu dikarenakan kurangnya kecintaan kepada Allah.Orang yang bagus tauhidnya akan takut melakukan dosa,karena semua akan dipertanggungjawabkan diakhirat nanti.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka.Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(al –Qur’an surah at-Taubah,9:103)
Bertanggung jawab dalam distribusi berarti distributor harus bertanggung jawab sampai barang tersebut ada dalam tangan konsumen,karena tanpa konsumen barang tersebut tidak akan ada artinya.Jika ada barang yang jatuh,rusak pada saat melakukan distribusi itu adalah tanggung jawab distributor,dan akan bersedia menerima resiko tersebut.Pada zaman sekarang menanggung resiko yang muncul dapat bekerja sama dengan lembaga asuransi.Dalam distribusi bertanggung jawab dan bisa menjawab pertanyaan Allah di akhirat nanti,dan dengan manusia bertanggung jawab dalam melakukan kerja sama (Cyber, 2016).
Dengan adanya keyakinan yang kuat terhadap adanya Allah subhanallahu wa Ta’ala,seorang yang beriman akan bisa bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya,baik terhadap Allah ataupun manusia.Kehadiran Allah akan selalu memudahkan jalannya,baik dalam kegiatan distribusi tersebut.


2.2 Implementasi Ilmu dalam Konsep Distribusi dalam Pandangan Islam

Ilmu akan selalu berkembang,dan orang yang berilmu akan menguasai dunia.Orang – orang yang memiliki banyak ilmu akan menggapai kesuksesan,dan  akan selalu haus akan ilmu melakukan pencarian teori –teori dan pembaruan dalam ilmu pengetahuan.
Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan dia mengamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya.Disamping beramal saleh,mereka saling menasehati agar mentaati kebenaran dan berlaku sabar,menjauhi perbuatan maksiat dan menahan hawa nafsu,jadi semakin berilmu seseorang dalam pembelajaran hidup akan semakin baik begitu juga dengan distribusi ilmu dijadikan pembelajaran supaya dalam melaksanakan tidak lari dari jalur,dan tetap tujuannya adalah keadilan yang berdasarkan konsep Islam (Veithzal Rivai,Andi Buchari, 2009).
Islamisasi ilmu pengetahuan berarti konsep melakukan distribusi itu harus sesuai dengan konsep al-Qur’an dan Hadist dan pemahaman ilmu untuk melakukannya.Islamisasi adalah suatu kemestian yang tidak dapat ditunda,Islamisasi menerapkan Islam dalam pemahaman ilmu distribusi dan dalam praktik distribusi yang ada.Distribusi Islam akan berlangsung jika ada pemahaman ilmu bagaimana yang dimaksudkan dengan distribusi Islam (Veithzal Rivai,Andi Buchari, 2009).
Semakin dalam ilmu seseorang ,maka dia akan semakin berbeda dengan orang lain.Baik dalam pengendalian sikap dalam menjalani aktivitas kehidupan ataupun dalam pemenuhan kebutuhan dan ketekunan dalam berusaha untuk hidup pun akan berbeda dengan orang lain.Dan sangat disayangkan jika seorang yang tidak memiliki biaya tidak bisa mengenyam pendidikan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,untuk itu diperlukan pemerataan distribusi ekonomi agar yang seperti ini tidak terjadi (Ika Yunia Fauzia,Abdul Kadir Riyadi, 2014).
Ilmu dalam pembelajaran untuk akhlak yang lebih baik ,untuk melakukan distribusi yang sesuai konsep Islam,seperti distribusi kekayaan,distribusi barang dan jasa,distribusi pendapatan.Banyak disiplin ilmu yang harus dipelajari untuk pengaflikasian yang benar sesuai al –Qur’an dan Hadist.


2.3 Implementasi Akhlak dalam Konsep Distribusi dalam Pandangan Islam

Dalam distribusi keadilan dijadikan suatu bentuk sikap implementasi dari akhlak.Kesejahteraan adalah bagian terpenting ,karena dalam agama Islam  semua umat manusia sama ,dan memiliki hak yang sama pula dalam pemenuhan kebutuhan hidup.Islam melarang yang namanya kesenjangan ekonomi,karena semua yang ada di bumi untuk manusia dan dipergunakan untuk hidup yang lebih sejahtera.
Beberapa prinsip keadilan distribusi dalam al –Qur'an sebagai dari prinsip persaudaraan dan kesamaan harga diri terdapat dalam,
“Katakanlah:” siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah  yang mengharamkan rezeki yang baik?”katakanlah:’’ semuanya itu (disediakan) bagi orang – orang yang beriman dalam kehidupan dunia,khusus (untuk mereka saja ) di hari kiamat”.Demikianlah kami menjelaskan ayat- ayat itu bagi orang yang mengetahui.
(al –Qur’an surah al-A’raf,7:32)
Kemudian prinsip tidak dikehendakinya peredaran barang disuatu tempat tertentu saja,terdapat dalam ayat al –Qur’an sebagai berikut,
‘’Harta rampasan fai’yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari  penduduk  beberapa negeri adalah untuk Allah,Rasul,kerabat (Rasul),anak-anak yatim,orang-orang miskin,dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan,agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang –orang kaya saja diantara kamu.Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.Dan apa yang dilarangnya  bagimu maka tingggalkan .Dan bertaqwalah kepada Allah,sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya.’’
(al-Quran surah al –Hasyr,59:7)
Memperbaiki kemiskinan absolut dan mengurangi kesenjangan pendapatan dan kekayaan yang mencolok (Zulkifli, 2012).
Keadilan distributif adalah prinsip utama dalam ekonomi Islam seperti yang telah dipaparkan oleh pemikir muslim bahwa salah satu sendi utama itu adalah keadilan distribusi ekonomi.Islam bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat secara adil dan seimbang dengan landasan ini para pihak yang terlibat dalam proses ekonomi tidak ada saling menindas atau mengeksploitasi satu sama lain (Euis Amalia, 2009).
Orang yang berakhlak akan searah prilaku dalam melakukan aktivitas apapun,dia akan melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya,dan meneladani sifat rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam yaitu siddiq,amanah,tabliq dan fathanah.Dalam distribusi melakukan keadilan,kejujuran dan tidak ada niat melakukan sifat yang curang.
 
2.4 Implementasi Ibadah dalam Konsep Distribusi dalam Pandangan Islam

Semua yang dilakukan manusia haruslah berdasarkan dengan keikhlasan supaya bernilai ibadah di mata Allah Subhanallahu wa Ta’ala.Tidak ada yang sia- sia untuk dijalani dan nantinya akan dihisab di akhirat kelak.Baik dalam bekerja tingkah laku manusia itu akan diperhitungkan dan diminta pertanggungjawabannya.
Implementasi dari ibadah itu bisa dilihat dari etika moral yang diaplikasikan ke dalam prilaku manusia.Dalam ekonomi Islam di dalam menjalankan perekonomian tidak hanya berdasarkan logika semata,akan tetapi juga berdasarkan pada nilai- nilai moral dan etika sosial yang berpedoman petunjuk-petunjuk dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala (Fery, 2013).
Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus memiliki hubungan yang baik terhadap sesama manusia.Dan manusia harus menjaga dan memakmurkan bumi dapat dilakukan dan diaplikasikan dengan distribusi yang merata dalam masyarakat.Distribusi tersebut dapat diterapkan dalam pendistribusi dana zakat,infak,wakaf yang sangat membantu bagi kaum fakir.
‘’Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka,agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
(al-Qur’an surah ar-Rum,30:41)
Manusia dilahirkan dalam kehidupan masyarakat yang sudah jadi.Dimana manusia sudah memiliki nilai-nilai baik dan buruk diatur tingkah laku,suatu norma sosial yang harus dijalankan.Dalam konsep syariah,moral menempati tempat yang paling utama setelah manusia dan akhlak terhadap Allah Subhanallahu wa Ta’ala. (Selamat Pohan, 2016).
Etika manusia dalam bekerja dapat bernilai ibadah jika melakukannya mengikuti  konsep yang diperintahkan Allah.Seperti melakukan distribusi akan bernilai ibadah jika tingkah laku tidak melakukan etika dan norma yang benar,tidak saling menindas antara distributor yang satu dengan distributor yang lain.Jika dalam melakukan distribusi mengalami kegagalan,atau merugikan perusahaan anggap saja itu pelajaran untuk lebih baik lagi dalam melakukan distribusi selanjutnya.


2.5 Implementasi Mardhatillah dalam Konsep Distribusi dalam Pandangan Islam

Tujuan dari ekonomi Islam adalah untuk mendapatkan ridha Allah,untuk menggapai kesejahteraan.Khalayak muslim harus mengalokasikan potensi dalam kegiatan ekonomi menuju keuntungan  ukhrawi dan duniawi.Dua kesejahteraan harus dicapai dalam sekali upaya kegiatan ekonomi.Kehidupan dunia merupakan halte kesejahteraan ,halte tadi ditinggalkan demi melanjutkan kebahagiaan abadi di akhirat (Muhammad Yusuf,Wiroso, 2007).
Dalam distribusi keridhaan Allah dapat dilihat dari cara kita melakukan distribusi itu.Tidak boleh melakukan kecurangan dan akad- akad yang dilarang agama Islam.Dan jika melakukan akad kerjasama harus sama –sama ridha,atas dasar suka sama suka,maka ridha Allah pun akan diterima.Jika tidak berhasil dan mendapat keuntungan besar,maka akan terasa nikmat.
“dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah.”
 (al- Qur’an surah  al -Muzzammil ,73: 20)\




KESIMPULAN

                        Paradigma Islam tentang konsep distribusi dalam pandangan Islam adalah,tauhid yang diimplemtasikan ke dalam tanggng jawab dalam melakukan distribusi,tanggung jawab terhadap Allah,dan tanggung terhadap sesama  manusia,tanggung jawab terhadap kegiatan distribusi yang dilakukannya.Kedua Ilmu diimplementasikan ke dalam sikap mau belajar,menggali ilmu bagaimana distribusi yang sesuai syariah.Ketiga akhlak yang diimplementasikan terhadap sikap keadilan dalam distribusi.Keempat ibadah diimplementasikan kedalam sikap yang sesuai/mengikuti norma – nilai-nilai etika Islam.dan yang terakhir mardhatillah yaitu keberkahan dalam melakukan distribusi.

Ilmu ekonomi konvensional yang umumnya hanya membuat yang kaya semakin kaya,dan yang miskin semakin miskin, tentunya itu tidak sesuai dengan konsep harta menurut ekonomi Islam,para pakar ekonomi Islam membuat  suatu konsep yang sesuai dengan norma agama Islam misalnya dalam distribusi. Paradigma Islam tentang konsep distribusi dalam pandangan Islam adalah bahwa kegiatan distribusi tidak hanya kegiatan ekonomi yang tujuannya mendapatkan keuntungan saja,tetapi distribusi harus memiliki nilai- nilai ketuhanan,sosial dan politik.Distribusi yang sesuai dengan aturan – aturan yang ada dalam al – Quran dan Hadist ataupun Ijma’.Namun dalam menjalankan masih banyak mengikuti sistem distribusi yang dibawa pakar ekonomi konvensional yang jelas – jelas berbeda jauh dengan ekonomi Islam.

Distribusi konvesional hanya mementingkan nilai – nilai yang sifatnya dunia,sedangkan distribusi  Islam harus bisa menyeimbangkan dunia dan akhiratnya.Nilai-nilai Islami seperti keadilan,kejujuran,distribusi secara merata,tidak boleh melakukan  kesenjangan dalam masyarakat atau peredaran barang – barang tersebut tidak hanya dalam golongan tertentu saja.Harta itu dari Allah dan harta tersebut harus digunakan untuk kesejahteraan umat manusia.

            Distribusi dilakukan dengan dasar tauhid yang kuat,akhlak yang menimbulkan sikap keadilan,kejujuran, bertanggung jawab,wawasan yang luas serta mendapatkan ridha agar distribusi yang dilakukan berjalan dengan lancar,karena kunci nya kalau Allah ridha mau untung atau rugi dalam kegiatan distribusi pasti ada sebuah kenikmatan tersendiri.





DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. (1991). Dasar - Dasar Pendidikan Agama Islam (1 ed.). Jakarta: Bumi Aksara.
Adiwarman A.Karim. (2012). Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Ansar Zainuddin. (2016, Mei 01). Islam dan Ilmu Pengetahuan. Retrieved from Kumpulan Makalah: http://ansarbinbarani.blogspot.com/2015/11/Islamisasi-ilmu-pengetahuan.html
Bob Susanto. (2015, April 07). Pengertian Ibadah Lengkap dalam Islam. Retrieved from Seputar Pengetahuan Com: http://www.seputar pengetahuan com/2015/04/pengertian -ibadah-dalam-Islam-terlengkap.html
Didiek Ahmad Supadie. (2012). Pengantar Studi Islam (Revisi ed.). Jakarta: Rajawali pers.
Ismail Yusanto. (2002). Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani.
Mahasri Shobahiya. (2005). Studi Islam. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah surakarta.
Sudarno Shobron. (2006). Studi Islam 3. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu - Ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Waiman cakrabuana. (2012, juli 08). Meraih Mardhatillah (Ridha Allah). Retrieved from Islamic Studies: http://hudawadinilhaq.wordpress.com/2012/07/08/meraih mardhatillah-ridha-Allah
Zainuddin. (2006). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Cyber, P. (2016, Mei 10). Retrieved from Pengertian Distribusi, Tujuan, Fungsi, Saluran, Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Distribusi, Ekonomi: http://www.perpustakaan cyber.blogspot,com/2013/05/pengertian-tujuan-fungsi-saluran-distribusi
Euis Amalia. (2009). Keadilan Distribusif dalam Ekonomi Islam (1 ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Fery. (2013, Juli 14). Nilai dan Etika dalam Distribusi. Retrieved from http://Feryuesb.blogspot.com/2013/07/nilai-dan-etika-dalam-distribusi.html
Ika Yunia Fauzia,Abdul Kadir Riyadi. (2014). Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al- Syariah. Jakarta: Kencana.
Muhammad Yusuf,Wiroso. (2007). Bisnis Syariah (Pertama ed.). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Selamat Pohan. (2016). Pengembangan Kepribadian Syariah. Medan.
Veithzal Rivai,Andi Buchari. (2009). Islamic Economic,Ekonomi Syariah Bukan Opsi ,tapi Solusi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Zulkifli. (2012, Mei 09). Tauhid dan ekonomi. Retrieved from Mengasah Spritual Mencerdaskan Intelektual: http://Zulkifli-sekarbela-blogspot.com/2012/05/tauhid-dan-ekonomi.html



Comments