Lira Dabutar
Mahasiswa Program Studi Bisnis Dan Manajemen Syariah
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email : lira.yanti123@gmail.com
1. PARADIGMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN ILMU
1.1 Peran penting paradigma islam dalam
pengembangan ilmu
Pentingnya
paradigma islam dalam pengembangan ilmu Didalam Al-qur’an banyak sekali
ayat-ayat yang menyatakan pentingnya ilmu,sehingga ayat yang pertama turun juga
menyatakan iqra’ yang berarti bacalah. Manusia di suruh untuk membaca semuat
ayat-ayat Allah baik berupa teks maupun yang terhampar seprti alam, sebagai
sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Manusia di suruh agar membaca semua
tanda-tanda kekuasaan Allah dan mengambil pelajaran daripadanya. Membaca sangat
penting agar ilmu pengetahuan. Dibawah ini ada beberapa ayat Al-qur’an yang
menyatakan akan pentingnya ilmu.
Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk
manusia;dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
(Al-quran surah al-ankabut:43)
Di dalam
al-qur’an Allah memerintahkan manusia untuk memikirkan dan mengkaji tanda-tanda
penciptaandi sekitar mereka, mentut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim,
carilah ilmu dan sampaikanlah kepada yang lain. Barang siapa yang menyelidiki
seluk-beluk alam semesta dengan segala sesuatu yang hidup dan tak hidup
didalamnya, dan memikirkan serta menyelidiki apa yang dilihat di sekitarnya,
akan mengenali kebijakan, ilmu dan kekuasaan abadi Allah .
A.
Sumber-sumber pengembangan ilmu dalam islam
Para
ilmuwan muslim menempatkan Al-qur’an sebagai sumber juga sebagai paradigma
kerangka berpikir dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Al-qur’an
dan hadits telah dijadikan sebagai dasar bagi semua aktivitas ilmiah dalam
sejarah islam, ketika puncak peradaban islam Al-qur’an dijadikan sebagi sumber
kajian dalam ilmu pengetahuan sehingga mampu menemukan berbagai penemuan yang
sangat luar biasa dari berbagai displin ilmu dan teknologi, tapi sekarang
Al-qur’an hanya dijadikan sebagai rujukan atau pembanding ketika ada penemuan baru
dari ilman barat.
Penemuan
para ilmuan dicocok-cocok kan dengan Al-qur’an padahal penemuan itu sudah ada
ribuan tahun dalam Al-qur’an. Maka apabila para ilmuwan muslim atau umat islam
ingin kembali menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, umat islam harus
menjadikan Al-qur’an sebagai kajian utama yang mendalam.
B.
Metode pengembangan ilmu dalam islam
Metode pengembangan ilmu dalam islam yang
sumber dari Al-qu’an dan hadis yaitu berupa :
-
Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat dalam
Al-qur’an menunjukkan fenomena bahwa firman-firman Allah itu mengandung
nilai-nilai metode yang mempunyai corak dan ragam sesuai tempat dan waktu serta
sasaran yang dihadapi. Firman-firman Allah itu mengandung hikmah kebijaksanaan
yang secara metode di sesuaikan dengan kecenderungan atau kemampuan kejiwaan.
-
Dalam memberikan perintah dan larangan Allah
senantiasa memperhatikan kadar kemampuan masing-masing hambanya, sehingga
taklif (beban) nya berbeda-beda meskipun dalam tugas yang sama.
-
Sistem pendekatan metode yang dinyatakan dalam
Al-qur’an adalah bersifat multi approach yang meliputi antara lain :
1.
Pendekatan religius
2.
Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia
adalah makhluk rasional .
1.2 Paradigma Tauhid
Tauhid
merupakan aqidah yang harus diyakini dan di ikrarkan oleh seseorang yang telah
mengaku dirinya sebagai muslim.
Sebagai
landasan utama dan pertama keyakinan islam dan implementasi ajaran-ajarannya,
tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada aqidah dan tidak ada islam dalam arti
yang sebenarnya.
Karena
manusia harus memahami dengan fikiran dan nurani nya apa yang di ikrarkan oleh
lisannya jika ia mengucapkan nya tetapi tidak menegrti apa makna dan maksudnya,
maka persakirannya itu menjadi tidak sah dan tidak berarti.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan
barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, Malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi.”
[Al-qur’an
surah Al-Baqarah: 177][1]
1.3 Paradigma Ibadah
Ibadah
merupakan bentuk perbuatan yang mengahambakan diri sepenuhnya kepada Allah SWT
melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya sebagai tujuan
kehidupan manusia sebagai bentuk dan cara manusia berterima kasih kepada
penciptanya, mengesakan Allah dan tidak ada sesuatu yang menyerupainya,
sehingga hanya kepadanyalah beribadah.
Semua
kehidupan hamba Allah yang dilaksanakan dengan niat mengharap keridhaan Allah
SWT, yang bersifat langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.
(Al-qur’an surah Al-Bayyinah: 5)"
1.4 Paradigma Ilmu
Ilmu
merupakan pengetuan yang sudah di klarifikasi, diorganisasi, disestimatisasi,
dan di interprestasi, menghasilkan kebenaran objektif, sudah di uji
kebenarannya dan dapat di uji ulang secara ilmiah.
Ilmu
pengetahuan yang sudah diperoleh manusia/seseorang bukan hanya diajarkan atau
dimanfaatkan untuk kehidupan pribadi dan keluarganya, melainkan harus diajarkan
atau dimanfaatkan kepada sesama manusia dan makhluk lainnya untuk kebenaran
agar manusia tidak tersesat dalam kehidupannya.
Ilmu
dikatakan bersumber dari Allah yang maha berilmu, Allah sebagi sumber ilmu yang
mendidik manusia melalui ayat-ayatnya baik yang tertulis maupun yang tersirat
dalam Al-qur’an dan sunnah yang ada di alam manusia berusaha untuk mempunyai
ilmu untuk membina iman yang dapat membahagiakan kehidupan dunia dan akhirat.
"Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
[Al-qur’an surah Ali Imraan : 18]
1.5 Paradigma Akhlak
Akhlak
berupa sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Manusia
yang mempelajari ilmu akhlak ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria
perbuatan yang baik dan buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui
perbuatan yang baik dan buruk.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(Al-qur’an
surah Al Isra: 23)
1.6 Paradigma Manusia
Manusia
pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang yang paling sempurna diantara makhluk
lainnya karakeristik manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling
sempurna, yang membedakan makhluk lainnya adalah roh manusia yang mempunyai dua
daya yaitu daya pikir yang disebut akal dan daya rasa yang disebut kalbu.
Setiap
manusia yang lahir di dunia membawa fitrah,bakat dan insting yang paling utama
yang dibawa manusia ketika ia lahir adalah fitra agama yaitu unsur ketuhanan.
Manusia
diciptakan Allah selain menjadi hambanya, juga menjadi penguasa khalifah diatas
bumi,selaku hamba dan khalifah manusia telah diberi kelengkapan kemampuan
jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah ( mental psikologis) yang dapat di kembang
tumbuhkan seoptimal mungkin.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi".
(Al-qur’an
surah al-Baqarah: 30)
2. KONSEP KUALITAS PELAYANAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
2.1 Implementasi Tauhid dalam konsep keyakinan
dalam pandangan islam
Sebagai
muslim, tidaklah cukup kalimat tauhid tersebut hanya dinyatakan dalam bentuk
ucapan (lisan) dan diyakini dalam hati, tetapi harus dilanjutkan dalam bentuk
perbuatan. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, berarti semua ibadah murni (mahdhah)
seperti shalat, puasa, haji, dan seterusnya memiliki dimensi sosial. Kualitas
ibadah seseorang sangat tergantung pada sejauh mana ibadah tersebut
mempengaruhi perilaku sosialnya (rais, 1997)
.
Tauhid
membentuk manusia dapat menempatkan manusia lain pada posisi kemanusiaanya.
Manusia tidak dihargai lebih rendah dari kemanusiaanya sehingga diposisikan
bagai binatang, atau lebih tinggi bagai tuhan. Ketika itu, maka berbagai
kerusuhan berjubah agama yang selalu muncul silih berganti di berbagai belahan
bumi ini tak perlu terjadi. Karenanya, secara rasional dapat dijelaskan bahwa
keyakinan kepada Allah yang Maha esa sebagaimana doktrin tauhid mematoknya demikian,
selain memperbesar ketundukan manusia dalam beribadah selaku hamba-Nya,
sekaligus memperbesar dan mengarahkan potensi kemampuan manusia selaku
khalifah-Nya di atas jagad raya ini. Dari proses pembebasan atau pemerdekaan
ini akan melahirkan sikap manusia yang merdeka dan bertanggungjawab (nurfatoni, 2008) ,
Dengan
demikian, selain pada aras individual, tauhid memiliki dimensi aktualisasi
bermakna pembebasan atau pemerdekaan pada aras kehidupan kolektif dan sistem
sosial. Pembebasan Bilal sang hamba sahaya di zaman Rasulullah, adalah
simbolisasi dari makna pembebasan struktural sistem sosial jahiliyah oleh
sistem sosial yang berlandaskan tauhid.
“Barangsiapa mengingkari, mengufuri, dan
menolak semua objek persembahan kecuali Allah, maka dia memegang tali yang
kokoh.” Sebagai objek persembahan, Allah adalah sumber kebenaran. Dengan
meyakini Allah sebagai sumber kebenaran, manusia tauhid harus berani mengatakan
tidak pada semua ketidakbenaran. Ia harus berani melawan kebatilan, kekufuran,
kebobrokan, keburukan. Tiada rasa takut untuk melakukan itu karena ketakutan
hanya ditujukan kepada Allah”
(Al-qur’an surah
Al-baqarah:256).
2.2 Implementasi Ilmu dalam Konsep Pengetahuan dalam Pandangan Islam
Ilmu merupakan pengetahuan yang sudah
di klarifikasi, diorganisasi,distematisasi, dan diinterprestasi, menghasilkan
kebenaran objektif, sudah di uji kebenarannya, dan dapat di uji ulang secara
ilmiah. Sebagai sumber utama ajaran agama islam perintah untuk menuntut ilmu.
Dapat diketahui dan
dipahami bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh seseorang mempunyai manffat bila
di amalkan oleh yang mempunyai ilmu untuk melaksanakan kebenaran, baik
pemanfaatannya kepada diri,keluarga maupun terhadap sesama manusia. Selain itu,
dapat dipahami bahwa pekerjaan menyebarluaskan ilmu pengetahuan merupakan
pekerjaan yang terhormaat didalam islam (Prof.Dr.H.Zainuddin Ali, 2007).
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim).
Dengan demikian setiap
manusia yang memiliki ilmu yang terlebih dahulu memahami dan mengusai tentang
konsep kualitas pelayanan dengan menyampai kan kepada karyawannya bagaimana
cara yang baik untuk menarik konsumen ke perusahaan tersebut.
2.3
Implementasi
Akhlak dalam Konsep Keadilan dalam Pandangan Islam
Konsep keadilan adalah
pengakuan dan perlakuan yang sama antara hak dan kewajiban jika seseorang
mengakui hak dan hidup orang lain, maka orang tersebut wajib mempertahankan hak
hidupnya dan mengakui keberadaannya secara layak, sebab orang lain pun
mempunyai hak hidup yang sama juga. Keadilan dalam islam ialah keadilan yang
mengatur sama segi kehidupan manusia secara seimbang dan menyeluruh. Keadilan
dalam islam tidak memecahkan persoalan-persoalan didalamnya secara acak, tidak
pula menghadapinya sebagai bagian yang terpisah antara yang satu dengan yang
lain. Hal ini karena islam mempunyai konsep menyeluruh dan lengkap tentang alam
dan manusia.
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
(Al-qur’an surah Al-maidah (5):8.
Dengan
demikian konsep keadilan dalam kualitas pelayanan harus sama-sama rata antara
pelanggan yang satu dengan yang lainnya karna jika dibedakan pelanggan akan
lari keprusahaan lain karna kecewa atas pelayanan mereka yang tidak baik.
2.4 Implementasi
Ibadah dalam Konsep Fondasi dalam Pandangan Islam
Fondasi
ibadah yang akan diterima di sidi Allah SWT adalah keimanan, tanpa keimanan
kepada Allah SWT, semua bentuk perbuatan tidak bernilai ibadah. Syarat utama
manusia beribadah kepada Allah beriman dan yakin seyakin-yakinnya bahwa
Al-qur’an adalah kitab yang memberi petunjuk jalan yang lurus. Prinsip
beribadah bagi hamba Allah adalah hanya beribadah kepadanya dan haram hukumnya
beribadah kepada selain Allah, karena termasuk perbuatan yang thaghut (DR.H.A.hasan Ridwan,M.ag, 2009).
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka
di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah
kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”
(Al-qur’an surah An-nahl.36)
Dengan beribadah adalah fondasi yang
dipegang oleh umat manusia adalah ibadahnya agar ia percaya setelah ia
beribadah ia mampu memberikan pelayanan yang baik dan sehat terhadap
pelanggannya.
2.5 Implementasi Manusia dalam Konsep Potensi dalam Pandangan Islam
Manusia mempunyai potensi untuk
berbuat baik (akal) dan berbuat yang tidak baik (nafsu). Konsep manusia
berdasarkan ayat Al-qur’an dan hadis bahwa manusia terdiri atas dua unsur,
yaitu unsur materi, dan non materi. Karakteristik manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah paling sempurna, yang membedakan makhluk lainnya adalah roh
manusia yang mempunyai dua daya pikir disebut akal, dan daya rasa disebut
qalbu. Daya pikir disini banyak bergantung pada pancaindra dan pancaindra
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat materi karena otak berbentuk fisik.
Oleh karena itu, dengan matinya manusia selesailah seluruh riwayatnya (Prof.Dr.H.Zainuddin Ali,M.A, 2007).
“Sungguh, Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
(Al-qur’an
surah At-tin (95) ayat 4).
Dengan demikian potensi dalam
kualitas pealayan tidak hanya memberikan janji-janji belaka melainkan
memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggan perusahaan atas kualitas produk
mereka agar kepercayaan pelanggan tetap pada perusahaan tersebut.
KESIMPULAN
Paradigma islam tentang konsep kualitas pelayanan dalam
pandangan islam adalah tauhid yang di implementasikan ke dalam keyakinan dalam
melakukan konsep kualitas pelayanan, keyakinan terhadap Allah dan keyakinan
terhadap sesama manusia keyakinan dalam kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh
sesamanya. Kedua ilmu yang di implementasikan kedalam pengetahuan sesama
manusia harus saling mengerti, saling memahami sesama agar tidak adanya
kecurangan dalam menjalankan bisnis tersebut. Ketiga ahklak yang di
implementasikan kedalam keadilan sesuai dengan ini sesama manusia harus saling
menghormati atau menghargai sesama haknya masing-masing. Ke empat implementasi
ibadah kedalam fondasi, fondasi yang kuat akan menghasilkan kekuatan dan keyakinan
yang kuat pula bagi yang serius menjalankannya. Dan yang terakhir implementasi
manusia kedalam potensi yang mencakup bahwa tak ada manusia yang tak mampu
melakukan apapun walaupun dalam berbagai bidang bisa saja berbeda-beda itulah
ciri khas atau potensi yang mereka miliki.
Dalam bisnis konvensional tentunya
hanya memikirkan keuntungan semata saja melainkan tidak memikirkan halal haram
nya sebuah bisnis tersebut, bahkan banyak manusia yang tidak melaksanakan
ajaran Rasullah saw, sedangkan ini merupakan hukum islam dalam berbisnis. Paradigma
islam tentang konsep kualitas pelayanan dalam pandangan islam ini tentunya
bukan hanya mendapatkan keuntungan saja melainkan mendapat nilai-nilai norma
agama yang berlaku di hukum islam yang sesuai dengan aturan Al-qur’an dan
hadis. Namun dalam menjalankannya masih banyak yang mengikuti sistem kualitas
pelayanan konvensional dibawah pakar-pakar pebisnis lainnya.
Kualitas pelayaanan dilakukan
berdasarka keyakinan yang kuat,ahklak yang menimbulkan sikap keadilan,kejujuran
serta tanggung jawab, ilmu yang bertumakan ketuhanan serta mendapat keridhaan
Allah SWT, pasti semua yang di jalankan dan dikerjakan akan membuahkan dan
menghasilkan yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Amin
Rais. Cakrawala Islam; bandung, mizan
1997
Muhammad
Nurfatoni. Tuhan yang Terpenjara;
jakarta;2 008,hal.6
Prof.Dr.H.Zainuddin
Ali,M.A. Pendidikan Agama Islam, cetakan
I februari 2007, Jakarta; PT.Bumi Aksara, hal.37
Dr.H.A.Hasan Ridwan,M.Ag. Fiqh Ibadah ; cetakan I
2009, Bandung; Pustaka Setia, hal.116
Prof.Dr.H.Zainuddin Ali,M.A. Pendidikan Agama
Islam ; cetakan 1 februari 2007,Jakarta ; PT.Bumi Aksara,hal.14
Comments
Post a Comment