Mirhan Pulungan (Motivasi Kerja dalam Perspektif Islam)


MOTIVASI KERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Mirhan
Bisnis & Manajemen Syariah
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

1.      Paradigma ilmu dalam pandangan Islam yang menjadi konsep dasar pengembangan konsep motivasi kerja dalam perspektif dalam islam

Dari tujuan penelitian  ini melatar belakangi jenis penelitian yaitu ingin mencari teori-teori yang baru dalam penelitian tentang motivasi kerja dalam perspektif islam. Karna penelitian ini masih sangat langka diteliti orang – orang, alasannya kenapa masih sangat langka dikarenakan masih sangat susah dicari teori – teori tengtang motivasi kerja dalam perspektif islam.
Adapun yang menjadi tolak ukur peneliti dalam penelitian ini untuk menguatkan atau menyesuaikan penelitian ini dengan syariat Islam sehingga dapat menjadi acuan nanatinya. Adapun tolak ukurnya yaitu 1) Pentingnya paradigma ilmu dalam pandangan Islam, 2) Tauhid, 3) Ibadah, 4) Ilmu. Dengan penjelasannya sebagai berikut 
1. Pentingnya paradigma ilmu dalam pandangan islam
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang—mengenai realita—dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. Paradigma merupakan istilah yang dipopulerkan Thomas Khun dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution (Chicago: The Univesity of Chicago Prerss, 1970). Paradigma di sini diartikan Khun sebagai kerangka referensi atau pandangan dunia yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori. Pemikir lain seperti Patton (1975) mendefinisikan pengertian paradigma hampir sama dengan Khun, yaitu sebagai “a world view, a general perspective, a way of breaking down of the complexity of the real world [suatu pandangan dunia, suatu cara pandang umum, atau suatu cara untuk menguraikan kompleksitas dunia nyata].” Kemudian Robert Friedrichs (1970) mempertegas definisi tersebut sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan. Akhirnya, saya berharap semoga blog ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi saya pribadi.Makna Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan Adalah suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas Ilmu Pendidikan sebagaimana Islam memahaminya. Konstruksi pengetahuan itu dibangun oleh nilai-nilai Islam dengan tujuan agar kita memiliki hikmah (wisdom) yang atas dasar itu praktik pendidikan yang sejalan dengan nilai-nilai normatif Islam. Pada taraf ini, Paradigma Islam menuntut adanya grand design tentang ontologi,epistemologi, dan aksiologi pendidikan.Fungsi paradigma ini pada dasarnya untuk membangun perspektif Islam dalam rangka memahami realitas Ilmu Pendidikan. Tentunya hal ini harus ditopang oleh konstruksi pengetahuan yang menempatkan wahyu sebagai sumber utamanya, yang pada gilirannya terbentuk struktur transendental sebagai referensi untuk menafsirkan realitas pendidikan. Islam sebagai Paradigma Ilmu pendidikan juga memiliki arti konstruksi sistem pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal Islam. Bangunan sistem ini tentunya berpijak pada prinsip-prinisp hakiki, yaitu prinsip at-tauhid, prinsip kesatuan makna kebenaran dan prinsip kesatuan sumber sistem. Dari prinsip-prinsip tersebut selanjutnya diturunkan elemen-elemen pendidikan sebagai World of view, terhadap pendidikan. Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam –yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits– menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001)(Genio, 2010)
2. Tauhid
Pengertin tauhid, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata wahhada (وحد) yuwahhidu (يوحد.Secara etimologis, tauhid berarti keesaan.Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa; Tunggal; satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahas Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui akan  keesaan Allah;mengeesakan Allah”. Jubaran Mas’ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa”. Jadi pengertian tauhid ialah tauhid ialah : suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka. (Abduh, 2013)
            Tauhid terbagi kedalam tiga macam yaitu:
a.Tauhid Ar-Rububiyyah
Yaitu mengesakan Allah dalam hal perbuatan – perbuatan Allah, dengan meyakini bahwasanya Dia adalah satu – satuNya pencipta seluruh makhluk-Nya.Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka Patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa"(Al-Qur’an Surah Ar- Ra’ad ayat 16)

b. Tauhid Al-Uluhiyyah
Tauhid Al-Uluhiyyah disebut juga tauhid ibadah, dengan kaitannya yang disandarkan kepada Allah diebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang disandarkan kepada hamba disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allha Azza wa jalla dalam peribadahan.

c.Tauhid Al-Asma’wa shifat
Tauhid Al-Asma’wa shifat yaitu menesakan Allah dalm nama – nama dan sifat – sifat bagiNya, dengan menetapkan semua nama – nama dan sifat – siafat yang Allah sendiri menamai dan mensifati diriNya didalam kitabNya (Al-Qur’an), sunnah NabiNya shallallahu’alaihi wa sallam tanpa tahrif (menyelewengkan makna), ta’til (mengingkari), takyif (mempertanyakan/menggambarkan bagaimanaNya) dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
Dalam aplikasinya pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka tidaklah cukup karena ia mempunyai konsekuensi yang harus ditunaikan. Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah dengan meninggalkan perbuatan syirik baik kecil maupun besar. Diantara konsekuensi pengucapan kalimat tauhid itu adalah mengetahui kandungan maknanya kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. Aplikasi secara sederhana dari kalimat  tauhid ‘laa ilahaa illallah” adalah keyakinan yang mutlak yang patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah maha Esa dalm hal mencipta dalam penyembahan tanpa ada sesuatupun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatupun yang sepadan denganNya kemudian menerima dengan ikhlas apa – apa yang berasal dariNya baik berupa perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti ditinggalkan semua  itu akan mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah subhanahu wata a’ala itu maha Esa(Khaerul sobar, 2010).

3.  Ibadah
        Menurut bahasa ibadah berarti taat, tunduk, menurut, mengikut, dan do’a. Menurut ulama tauhid ibadah berarti mengesakan alllah SWT ddengan sungguh – sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk – tunduknya kepada-Nya. Pengertian ini didasarkan pada Qur’an Surah An-Nisa (4):36. Sedangkan menurut ulama fiqih ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridhaan alla SWT dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat(Ahsin W.Al-hafidz, 2008).
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah: 1)Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. 2)Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. 3)Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan (Jawas, 2010)

            Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:

 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”

 (Al-Qur’an Surah Adz-Dazariyat Ayat 56-58)

           Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya(Shalih bin fauzan bin abdullah al fauzan).
Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa dikenal(Shalih bin fauzan bin abdullah al fauzan.

4. Ilmu
Ilmu ialah sebuah pengetahuan yang teratur mengenai pekerjaan hukum secara kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya yang tampak dari luar, maupun dari dalam.(Hatta, 2015)
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara besistem menurut metode – metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala – gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.Dari pengertian diatas nampak bahwa ilmu memang mengandung arti pengetahuan,tetapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh hatta (1954) “pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu(Dunia Islam, 2015)
Ada beberapa keutamaan berilmu dalam Islam: 
a.Yang paling takut kepada Allah hanyalah orang yang berilmu “sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba – hamba-Nya, hanyalah ulama” (Al-Qur’an Surah Al-Fathir ayat 28) Ibnu katsir rahimamullah berkata, “sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). 
b. Orang yang dipahamkan agama, itulah yang dikehendaki kebaikan. “Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama”(Hadits Riwayat Bukhari no.71 dan Muslim no.1037)
c. Akan hidup terus setelah matinya “Jika seorang manusia mati maka teroutuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya”( Hadits Riwayat Muslim no.1631)(Dunia Islam, 2015)
Raghib Al-Asfani juga membagi ilmu dari sisi yang lain menjadi dua yaitu, pertama, ilmu teiretis, yaitu ilmu yang hanya membutuhkan pengetahuan tentangnya, jika telah diketahui berrti telah sempurna. Kedua, ilmu aplikatif, yaitu ilmu yang tidak sempurna tanpa diperaktikkan, ilmu tentang ibadah, akhlak, dan sebagainya(Ahsin W.Al-hafidz, 2008).

Daftar Pustaka

Abduh, S. M. (2013, September 1). Retrieved April 4, 2016, from http://www.tongkronganislami.net/2013/09/pengertian-tauhid.html: http://www.tongkronganislami.net/2013/09/pengertian-tauhid.html
Ahsin W.Al-hafidz. (2008). Kamus ilmu AL-Qur'an. Jakarta: Sinar grafika offset.
Dunia Islam. (2015, Januari 18). Pengertian ilmu pengetahuan dan kedudukan ilmu pengetahuan menurut Islam. Retrieved April 16, 2016, from Kajian Islam: http://www.duniaislam.org
Genio, T. (2010). Retrieved April 28, 2016, from file:///C:/Users/User/Documents/Teja%20Note's%20%20Paradigma%20Pendidikan%20Islam%20I%20makalah.htm: file:///C:/Users/User/Documents/Teja%20Note's%20%20Paradigma%20Pendidikan%20Islam%20I%20makalah.htm
Hatta, M. (2015, Mei 4). Retrieved April 4, 2016, from http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/15-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli-terlengkap.html: http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/15-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli-terlengkap.html
Jawas, A.-U. Y. (2010, Nopember 10). Retrieved April 5, 2016, from Media Islam Salafiyyah,Ahlussunnah Wal Jamaah: https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html
Khaerul sobar. (2010). Makalah tentang tauhid. Retrieved April 22, 2016, from khaerul_sobar's blog: https://khaerulsobar.wordpress.com
Shalih bin fauzan bin abdullah al fauzan. (n.d.). Ibadah : pengertian, macam dan keluasan cakupan. Retrieved April 23, 2016, from Media belajar islam: https://ciptoabiyahya.wordpress.com







2. MOTIVASI KERJA MENURUT PARADIGMA ISLAM
2.1. Implementasi Tauhid dalam Motivasi Kerja Menurut Paradigma Islam
pengertian tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka. (Abduh, 2013).
Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, tauhid ialah segala sesuatu yang membahas tentang wujud Allah subahanahuwata’ala yang boleh di sifatkan kepadanya. Dan juga membahas tentang rasul-rasul Allah subahanahuwata’ala, karena dalam Memotivasi Kerja kita harus mempercayai bahwa wujud Allah Subahanahuwata’ala ada dalam dekat diri kita.
2.2 Implementasi Ilmu dalam Motivasi Kerja Menurut Paradigma Islam
Ilmu ialah sebuah pengetahuan yang teratur mengenai pekerjaan hukum secara kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya yang tampak dari luar, maupun dari dalam.(Hatta, 2015)
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara besistem menurut metode – metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala – gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.Dari pengertian diatas nampak bahwa ilmu memang mengandung arti pengetahuan,tetapi pengetahuan dengan ciri – ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh hatta (1954) “pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu(Dunia Islam, 2015)
            Dalam Memotivasi Kerja kita harus mengerti dalam bidang metode-metode yang harus kita lakukan kepada bawahan kita agar apa yang kita lakukan dapat dimengerti karyawan yang kita pimpin. Karna dalam islam juga di jelaskan barang siapa yang memili ilmu maka derajatnya akan dinaikkan dari orang yang tidak memiliki ilmu.
2.3. Implementasi Ibadah dalam Motivasi Kerja Menurut Paradigma Islam
            Menurut bahasa ibadah berarti taat, tunduk, menurut, mengikut, dan do’a. Menurut ulama tauhid ibadah berarti mengesakan alllah SWT ddengan sungguh – sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk – tunduknya kepada-Nya. Pengertian ini didasarkan pada Qur’an Surah An-Nisa (4):36. Sedangkan menurut ulama fiqih ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh keridhaan alla SWT dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat(Ahsin W.Al-hafidz, 2008).
            Ibadah mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, ridha dengan qadha’-Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya(Shalih bin fauzan bin abdullah al fauzan).
Dengan pernyataan diatas dapat diambil peneliti bahwa memotivasi termasuk dam kegiatan ibadah, dikarenakan dengan adanya memotivasi maka setiap kegiatan yang akan dilakukan akan termaksimalkan. Mengenai masalah ini setiap kegiatan yang bermanfaat bagi orng lain seperti memotivasi termasuk sebagai ibadah. Pernyataan ini sesuai dengan firman Allah berikut ini :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
(Al-Qur’an surah al-Mâidah ayat 2).
2.4. Implementasi Akhlak dalam Motivasi Kerja Menurut Paradigma Islam
bahwa Pengertian Akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, untuk menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tanpa disadari.Pengertian akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pikiran (Ghazali, 2014).
Dalam pengertian di atas dapas disimpilkan bahwa akhlah sangat erat kaitannya dalam motivasi kerja menurut paradigma islam karena dalam memotivasi kerja kita harus memiliki jiwa yang tetap.


KESIMPULAN


Bahwa Motivasi Kerja suatu pendorong yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam keahliaan dan keterampilan yang dia miliki dengan cara tertentu agar dapat mempertanggung jawabkan apa yang di kerjakannya dalam menjaga kehormatan, pencapaian, kekuasaan, untuk bertahan hidup, pertumbuhan dan rasa harga diri. Dalam pengertian Motivasi Kerja dalam perspektif islam adalah untuk mencari nafkah yang juga merupakan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subahanuhuwata’ala dan juga agar kita dapat mandiri dalam segala hal yang diperintahkan kepada kita manusia.


Motivasi Kerja dalam perspektif islam adalah untuk mencari nafkah yang juga merupakan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Subahanuhuwata’ala dan juga agar kita dapat mandiri dalam segala hal yang diperintahkan kepada kita manusia. Motivasi Kerja adalah sangat penting bagi Anda baik yang ingin bertahan di karir tertentu, untuk mengembangkan karir, bahkan untuk pancapai jenjang karir tertinggi. Tanpa motivasi kerja adalah tidak mungkin Anda mendapatkan prestasi kerja yang tinggi yang akan berimbas pada kemajuan karir Anda.Orang-orang yang sukses dalam karir adalah mereka yang memiliki motivasi kerja. Jika seseorang yang memiliki keterampilan begitu memukau, artinya dia memiliki motivasi tinggi untuk menguasai keterampilan itu. Jika seseorang yang mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat, artinya dia memiliki motivasi kerja yang tinggi. Termasuk mereka yang selalu disiplin bekerja, karena motivasi kerjanya yang luar biasa

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, S. M. (2013, September 1). Retrieved April 4, 2016, from http://www.tongkronganislami.net/2013/09/pengertian-tauhid.html: http://www.tongkronganislami.net/2013/09/pengertian-tauhid.html
Ahsin W.Al-hafidz. (2008). Kamus ilmu AL-Qur'an. Jakarta: Sinar grafika offset.
Dunia Islam. (2015, Januari 18). Pengertian ilmu pengetahuan dan kedudukan ilmu pengetahuan menurut Islam. Retrieved April 16, 2016, from Kajian Islam: http://www.duniaislam.org
Ghazali, A. (2014, Desember 4). Retrieved april 5, 2016, from http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-akhlak-menurut-para-pakar.html#_: http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-akhlak-menurut-para-pakar.html#_
Hatta, M. (2015, Mei 4). Retrieved April 4, 2016, from http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/15-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli-terlengkap.html: http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/15-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli-terlengkap.html
Shalih bin fauzan bin abdullah al fauzan. (n.d.). Ibadah : pengertian, macam dan keluasan cakupan. Retrieved April 23, 2016, from Media belajar islam: https://ciptoabiyahya.wordpress.com






Comments