Maulida Husna Ginting (Penilaian Kinerja Menurut Pandangan Islam)


PENILAIAN KINERJA PEGAWAI MENURUT PANDANGAN ISLAM
Maulida Husna Ginting
Mahasiswa Program Studi Bisnis Manajemen Syariah
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email : maulidaginting15@gmail.com



1.      PARADIGMA ISLAM DALAM PANDANGAN ILMU

Bagian ini menjelaskan bagaimana peran penting paradigma islam dalam pengembangan ilmu,dan beberapa paradigma islam yang digunakan khususnya dalam penelitian ini,yakni : Tauhid,Ilmu,Akhlak,Ibadah,Mardhatillah.

1.1.            Peran Penting Paradigma Islam Dalam Pengembangan Ilmu


Hubungan islam dengan ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya,karena islam tanpa ilmu pengetahuan berarti buta,iman tanpa ilmu dapat menyebabkan musyrik (DRs. M.Yatimin Abdullah, 2006).
Nurcholish madjid (1998:3-4) menjelaskan hubungan antara ilmu dan iman dalam islam. Menurutnya,ilmu adalah hasil pelaksanaan perintah tuhan untuk memperhatikan dan memahami alam raya ciptaan-Nya,sebagai manivestasi atau penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Antara ilmu dan iman tidak terpisahkan,karena ilmu tidak saja mendorong bahkan menghasilkan iman. Tetapi juga membimbing dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam penggunaanya (DRS. ATANG ABD. HAKIM,MA,DR. JAIH MUBAROK).
Dikalangan umat islam paling kurang 3 sikap menghadapi keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan,yaitu sebagai berikut:1)  Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat sebagai ilmu pengetahuan yang sekular,2)   Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat bersifat netral,3) Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari barat bersifat sekular dan materialisme(Nata, 2013 hal. 68).
Metode pengembangan ilmu dalam Islam terus menggali dan menambah ilmu yang dimiliki, dan membangun konsep yang bias bermanfaat bagi orang lain. Ilmu yang kita miliki tidak bisa di lepaskan dari sumber-sumber pengembangan ilmu pengetahuan dan yang terpenting  harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.


1.2.            Paradigma Tauhid

Tauhid berasal dari kata wahhada,yuwahiddu,tawhidan yang artinya menyatukan,mengesakan,atau mengakui bahwa sesuatu itu satu. Maksudnya adalah mengesakan atau mengakui dan meyakini keesaan Allah,dengan membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan . Bertauhid kepada Allah artinya hanya mengakui hukum Allah yang memiliki kebenaran mutlak,dan hanya peraturan Allah yang mengikat manusia secara mutlak (Dra.Mahasni Shobabiya,M.Ag,Drs.IMron Rosyadi,M.Ag).
Tauhid adalah mengakui dan meyakini keesaan Allah,dengan membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan. Tauhid mempunyai kedudukan dan fungsi sentral dalam kehidupan manusia/muslim. Bagi seorang muslim tauhid menjadi dasar dalam aqidah,syariat dan akhlak (Sudarsono Shobrun,Abdullah Aly,Abdullah Mahmud,Doraja Ariyanto, 2005).
 Pertama,Sebagai dasar dalam aqidah maksudnya seorang muslim harus percaya bahwa Allah Maha Esa,sesuai dengan firman Allah Subhana Wata’ala:
"Maka jika mereka membantah engkau, katakanlah: Aku telah menyerah diri kepada Allah , demikian juga orang-­orang yang mengikutku. Dan tanyakanlah kepada or­ang-orang yang telah diberi kitab itu dan kepada orang-­orang yang ummi: sudahkah kamu menyerah diri ? Maka jika mereka telah menyerah diri , maka sesungguhnya telah mendapat petunjuk lah mereka. Dan jika mereka berpaling , maka tidak lain kewajiban engkau, hanyalah menyampaikan ; dan Allah adalah amat memandang kepada hambaNya".                                                                                           
               (Al-Qur'an Surat Ali-Imran :18)
 Kedua,sebagai dasar dalam syariat maksudnya setiap orang muslim dalam menjalankan syariat Allah(ibadah dan muamalah) harus dilakukan dengan niat yang ikhlas,tidak riya.
“ tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?.  Itulah orang yang menghardik anak yatim,, dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.”
                  (Al-Qur’an surat al-Ma’un, 107 : 1-7)

Ketiga, sebagai dasar dalam akhlak maksudnya setiap orang muslim dalam berakhlak hendaknya berdasarkan Allah semata.
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
                 (Al-Qur’an surat Luqman, 31 : 13-14)

1.3.            Paradigma Ilmu

Istilah ’’ilmu’’ ekuivalen dengan science,dalam Bahasa Inggris, wissenchaft(Jerman) dan watenscap(Belanda),berarti “tahu”. Dalam Bahasa Arab”Alima” yang artinya”tahu”.
Anshari (1985 ; 47-49) mengemukakan definisi ilmu dari para ahli Karl Pearson dalam bukunya Grammar of Science,merumuskan :”ilmu pengetahuan ialah lukisan keterangan  yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana/sedikit mengkin”. Baiquni merumuskan:”science merupakan general concensus dari masyarakat yang terdiri atas para scientist”. Dan masih banyak lagi definisi ilmu yang dikemukakan oleh para ahli (Supadie, 2012).
Ilmu yang bernunsa islam adalah ilmu yang mengakui adanya upaya gerakan kelompok yang membela,bertindak,bersifat,class for it self,dan sejalan dengan ilmu keislaman. Dengan ilmu yang bernuansa islam,dapat dibangun dalam segala bidang yang berdasarkan dari ajaran islam. Tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains baru dan globalisasi yang terjadi dari golongan manapun,karena sesungguhnya segala ilmu itu bersumber pada yang Maha Esa. Islam membyuka diri terhadap seluruh warisan peradaban islam. Islam adalah sebuah paradigma terbuka (Drs. M. Yatimin Abdullah, 2006).
Karakteristik ajaran islam dalam bidang ilmu bersikap terbuka,akomodatif,tetapi juga selektif. Dari satu segi islam terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar,tetapi bersamaan dengan itu,islam juga selektif,yakni tidak begitu saja menerima semua jenis ilmu,melainkan ilmu yang sejalan dengan islam (Nata, 2013 hal. 85).
Dizaman sekarang ini, telah mudah untuk mendapatkan ilmu akhirat, seperti buku-buku islam, ceramah-ceramah Islam yang ada di TV ataupun Masjid, artikel-artikel tentanga agama, terutama ilmu akhirat dapat di pelajari di dalam al-Qur’an. Allah Subhana Wata’ala berfirman:

“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan  dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”
                (al-Qur’an surat Az Zumar : 9 )
1.4.            Paradigma Akhlak                    

Akhlak berasal dari Baha Arab,merupakan bentuk jamak dari”khuluq”,yang menurut bahasa berarti budi pekerti,peranan,tingkah laku,atau tabiat. Ibnu Amir menjelaskan bahwa khuluq itu adalah gambaran bathin manusia yang sebenarnya(yaitu jiwa dan sifat bathiniah).
Iman Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan medah tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan (Supadie, 2012 hal. 216).

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
              (al-Qur’an surat ai-Imran , 3 :31)

“dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai
                                                                                            (al-Qur’an surat Luqman , 31 : 18-19)

Dalam ayat tersebut jelas telah diterangkan oleh Allah Subhanllahu wata’ala bahwasannya jauhilah sifat sombong dan membanggakan diri sendiri. Tetapi Allah menganjurkan agar setiap manusia untuk memiliki sifat yang sederhana dalam bertindak dan sopan tidak menyombongkan diri atas harta yang dimilkinya.

1.5.            Paradigma Ibadah

Secara Bahasa (Etimologi),kata-kata(‘abdiyah,’ubudiyah,’ubudah) dalam Bahasa Arab,adalah kepatuhan.yaitu menyerah dan pasrah kepada pihak lain hingga dapat dipergunakan dengan mudah dan menurut kehendak pihak tersebut. Abul A’ala Al-Mauhudi memberikan penjelasan yang sangat gamblang didalam buku Dasar-dasar Islam mengenai apa yang sebenarnya ibadah itu. Beliau menuliskan : ibadah yang sebenarnya ialah bahwa anda mengikuti aturan dan hukum tuhan dalam hidup anda,dalam setiap langkah dan setiap keadaan,dan melepaskan diri anda dari ikatan setiap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah.setiap gerakan yang anda lakukan haruslah selaras dengan garis-garis yang telah ditentukan Allah bagi anda. Setiap tindakan Allah haruslah sesuai dengan cara yang telah ditentukan Allah (Supadie, 2012).
Secar harfiah ibadah berarti manusia kepada Allah,karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah terbagi atas ibadah khusus dan umum. Yang umum ialah segala amalan yang di izinkan Allah. Khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya,tingkat dan cara-caranya. Kerendahan jiwa rendah hati,menyandarkan diri kepada amal ibadah dan ibadah tidak kepada hasab keturunan,semuanya itu adalah gejala kedamaian dan keamanan sebagai pengalaman dari ibadah (Nata, 2013 hal. 82-83).
Ibadah tidak hanya mengerjakan shalat, puasa, zakat, sedekah ataupun berinfak. Banyak hal yang dapat dikatak ibadah misalnya menyejahterahkan orang lain/masyarakat, membantu mereka dari kesusahan, tersenyum juga termasuk dalam ibadah dan bekerja.


  "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus".
                                                                                                     (Al-qur'an surat Al-Bayyinah: 5)
 “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”
            (Al-Qur’an surat An_nisa’, 4 : 36)

1.6.            Paradigma Mardhatillah

Mardhatillah merupakan mencari ridha Allah Subhana Wata’Ala,mencari cintanya dan mencari kasih sayangnya. Dalam dunia bisnis mardhatillah sangatlah penting dengan memahami bahwa tiada tuhan selain Allah,memahami bahwa Allah lah penguasa seluruh jagat raya dan Allah lah sang pencipta tunggal,maka setiap manusia tidak akan berani melakukan dosa. Mardhatillah atau mencari ridho Allah Subhana Wa Ta’ala meridhoi kita,lebih terpimpin,teratur,terurus,ketenangan,kedamaian dan kebahagiaan bertemu dalam diri kita.
Tujuan hidup seorang muslim adalah mencapai keridhaan Allah. Oleh karena itu, seorang mukmin meyakini sepenuh hati bahwa al-Qur’an kalam ilahi, dan tidak ada keragu-raguan didalamnya, sebab segala kandungannya hanya berisikan kebenaran.

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ´Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
(Al-Qur’an surat Al-bayyinah :8)







2.      KONSEP PENILAIAN KINERJA MENURUT PANDANGAN ISLAM

2.1. Implementasi Tauhid dalam Konsep Penilaian Kinerja Menurut Pandangan Islam
                              
Tauhid menempatkan manusia pada posisi sebagai makhluk Allah yang bertugas sebagai hamba Allah dan berfungsi sebagai khalifah Allah. Kedudukan itu menentukan watak hubungan antara Allah manusia adalah hubungan antara khaliq dan makhluk,antara tuan dan budak. Dengan demikian,aqidah tauhid memberikan pandangan hidup kepada manusia tentang realitas kehidupan ,yakni bahwa: Allah sebagai tuhan yang wajib disembah,Allah sebagai standard of judgment(Ukuran Nilai),Allah sebagai titik tuju arah hidup manusia,Allah sebagai pembebas manusia dari perbudakan (Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, Juni 2012).

Pandangan dunia Tauhid adalah pandangan dunia yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan,melalui syahadah,konsep Tauhid berimplikasi pada keseluruhan kegiatan  kehidupan manusia didunia. Sebab syahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakan kehidupannya secara menyeluruh.Arti pandangan dunia Tauhid ialah pemahaman bahwa keberadaan alam adalah atas kehendak Allah,dan bahwa tatanan alam berdiri diatas dasar kebaikan dan rahmat.

2.2.Implementasi Ilmu dalam Konsep Penilaian Kinerja Menurut Pandangan Islam

Dalam perspektif filsafat ilmu,ilmu dikembangkan diatas tiga landasan,yaitu: landasan ontologis,epistomologis,dan aksiologis. Landasan ontologis berusaha menjawab pertanyaan apa(hakikat) realitas. Landasan epistomologis berusaha menjawab bagaimana( metodologi),dan landasan aksiologis berusaha menjawab pertanyaan mengapa/untuk apa ilmu dikembangkan(Rizal Mustansyir,2001).

Dengan tegas dapat dijawab bahwa ilmu tidak bebas nilai. Bagaimanapun Ilmu baru bisa disebut ilmu jika diamalkan. Sebab tidak ada ilmu yang berguna tanpa amal dan tidak ada amal yang bermanfaat tanpa ilmu. Tujuan pengamalan ilmu pengetahuan adalah untuk kesejahteraan,ketenangan,dan ketentraman umat manusia,bukan sebaliknya untuk menghancurkan kemanusiaan dan melawan Tuhan. Tujuan terakhir menuntut ilmu didalam islam adalah untuk menjadi manusia yang baik (Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, Juni 2012 hal. 249-257).

2.3.Implementasi Akhlak dalam Konsep Penilaian Kinerja Menurut Pandangan Islam

Akhlak erat kaitannya dengan perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang buruk,ada yang benar dan ada yang salah. Penilaian terhadap suatu perbuatan,apakah ia benar atau salah,baik atau buruk,bisa bersifat relatif. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk melakukan penilaian tersebut. Perbedaan tolak ukur ini dilatarbelakangi oleh perbuatan perbedaan agama(kepercayaan/keyakinan),idealogi,cara berpikir,lingkungan hidup,dan lain sebagainya (Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, Juni 2012 hal. 220).

Pekerjaan manusia adalah pekerjaan rasio (akal) dan fisik. Jika manusia tidak bekerja maka ia tidak bisa memenuhi tugas hidupnya. Manusia harus menggunakan akalnya untuk berpikir dan menjadikan pemikirannya sebagai pedoman dalam kehidupan, sehingga tidak dikalahkan oleh hawa nafsu. Pemikiran yang negatif akan merugikan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pekerjaan merupakan sarana untuk memperoleh rezeki dan sumber penghidupan yang layak jika niatnya benar, dan selalu mengindahkan hukum-hukum Allah Swt, maka kerja yang dilakukannya itu di hitung sebagai ibadah. Manusia hidup mempunyai tiujuan, Islam menjadikan bekerja sebagai hak dan kewajiban individu. Rasulullah menganjurkan bekerja dan berpesan agar melakukannya sebaik mungkin Dan ia juga berpesan untuk selalu berlaku adil dalam menentukan upah kerja dan menepati pembayarannya.

2.4.Implementasi Ibadah dalam Konsep Penilaian Kinerja Menurut Pandangan Islam

Rasulullah Saw menyatakan, bahwasanya orang yang mencari nafkah hidup untuk dirinya sendiri dan untuk saudaranya yang beribadah sepanjang waktu adalah lebih baik dari saudaranya yang tidak bekerja tersebut. Demikian pentingnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan terdapat ayat al-Qur’an yang menegaskan agar umat Islam bersegera bertebaran di muka bumi guna mencari nafkah setelah memenuhi kewajiban shalat. Allah Swt berfirman dalam surat al-Jumu’ah ayat 10 :
 “Apabila telah ditunaikan shalat. Maka bertebaranlah kamu sekalian di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaklah supaya kamu beruntung”.

Allah Subhana Wa Ta’ala mengutus manusia kebumi untuk menjadi khalifah dengan dilengkapi petunjuk yang jelas(Al-Qur’an,Hadist,Ij ma’ ulama) dan tidak begitu saja tanpa bimbingan. Dengan adanya petunjuk,tentu ada pula pengawasan sejauh mana petunjuk ini dilaksanakan dengan baik. Setelah kinerja khalifah itu dinilai akan ada imbalan yang diberikan,jika petunjuk dilaksanakan dengan baik imbalannya tentu positif(kebaikan dunia dan akhirat),sebaliknya jika petunjuk dilaksanakan dengan serampangan imbalannya akan nol(hanya dunia) atau bahkan negatif(di dunia tidak dan di akhirat pun tidak). Sebagai tambahan dalam menilai kinerja tidak jarang Allah memberikan tes/ujian dalam berbagai bentuk,baik musibah maupun kesenangan. Jika ini dilalui dengan baik,maka derajat iman seseorang akan semakin tinggi (Jusmaliani, juni 2011).


2.5.Implementasi Mardhatillah dalam Konsep Penilaian Kinerja Menurut Pandangan Islam

Aktivitas dan perilaku ekonomi tidak terlepas dari karakteristik manusianya. Pola perilaku,bentuk aktivitas,dan pola kecenderungan terkait dengan pemahaman manusia terhadap makna kehidupan itu sendiri. Dalam pandangan islam bahwa kehidupan manusia di dunia merupakan rangkaian kehidupan yang telah ditetapkan Allah kepada setiap makhluknya,untuk kemudian dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Telah menjadi suatu ketetapan(Qodrat) dan kehendak(Irodat) Allah bahwa manusia diciptakan juga sekaligus diberi tuntunan hidup agar dapat menjalani kehidupan di dunia sebagai hamba Allah untuk memakmurkan kehidupan di dunia ini sesuai dengan kehendaknya. Agama islam yang diturunkan oleh Allah melalui para nabi dan Rasul-Nya dan disempurnakan ajaran-Nya melalui nabi terakhir,yaitu Muhammad Sallallohu Alaihi Wasallam merupakan suatu sistem kehidupan yang bersifat integral dan komprehensif mengatur semua aspek kehidupan manusia agar mencapai kehidupan yang sejahtera baik di dunia maupun di akhirat (Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A dan Ir. H. Andi Buchari, M.M., 2013).
              
Tujuan hidup seorang muslim adalah mencapai keridhaan Allah. Oleh karena itu, seorang mukmin meyakini sepenuh hati bahwa al-Qur’an kalam ilahi, dan tidak ada keragu-raguan didalamnya, sebab segala kandungannya hanya berisikan kebenaran. Mardhatillah atau mencari ridho Allah Subhana Wa Ta’ala meridhoi kita,lebih terpimpin,teratur,terurus,ketenangan,kedamaian dan kebahagiaan bertemu dalam diri kita.


KESIMPULAN
        Paradigma Islam tentang Konsep Penilaian Kinerja dalam Pandangan Islam adalah,Tauhid yang diimplementasikan ke dalam Tanggungjawab dalam melakukan konsep Penilaian Kinerja,Tanggung Jawab terhadap Allah,dan Tanggungjawab terhadap sesama manusia,tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.Tauhid adalah mengakui dan meyakini keesaan Allah,dengan membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan. Tauhid mempunyai kedudukan dan fungsi sentral dalam kehidupan manusia/muslim. Bagi seorang muslim tauhid menjadi dasar dalam aqidah,syariat dan akhlak.Kedua dengan Ilmu,dengan tegas dapat dijawab bahwa ilmu tidak bebas nilai. Bagaimanapun Ilmu baru bisa disebut ilmu jika diamalkan. Sebab tidak ada ilmu yang berguna tanpa amal dan tidak ada amal yang bermanfaat tanpa ilmu. Tujuan pengamalan ilmu pengetahuan adalah untuk kesejahteraan,ketenangan,dan ketentraman umat manusia,bukan sebaliknya untuk menghancurkan kemanusiaan dan melawan Tuhan. Tujuan terakhir menuntut ilmu didalam islam adalah untuk menjadi manusia yang baikKetiga diimplementasikan dengan Akhlak,Akhlak erat kaitannya dengan perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang buruk,ada yang benar dan ada yang salah. Penilaian terhadap suatu perbuatan,apakah ia benar atau salah,baik atau buruk,bisa bersifat relatif. Hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk melakukan penilaian tersebut.Keempat diimplementasikan dengan Ibadah,orang yang mencari nafkah hidup untuk dirinya sendiri dan untuk saudaranya yang beribadah sepanjang waktu adalah lebih baik dari saudaranya yang tidak bekerja tersebut. Demikian pentingnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Kelima diimplementasikan dengan Mardhatillah,Tujuan hidup seorang muslim adalah mencapai keridhaan Allah. Oleh karena itu, seorang mukmin meyakini sepenuh hati bahwa al-Qur’an kalam ilahi, dan tidak ada keragu-raguan didalamnya, sebab segala kandungannya hanya berisikan kebenaran. Mardhatillah atau mencari ridho Allah Subhana Wa Ta’ala meridhoi kita,lebih terpimpin,teratur,terurus,ketenangan,kedamaian dan kebahagiaan bertemu dalam diri kita.


DAFTAR PUSTAKA

Dra.Mahasni Shobabiya,M.Ag,Drs.IMron Rosyadi,M.Ag. Studi Islam,Revisi Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : s.n. 13.
DRS. Atang ABD. Hakim,MA,DR. Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung  : PT. Remaja Rosda Karya. 8.
Drs. M. Yatimin Abdullah, M.A. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta : Amzah, 2006. 156-161.
DRs. M.Yatimin Abdullah, M.A. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta : Amzah, 2006. 156.
Nata, Abudin. 2013. Metodologi Studi Islam,Cet.20,Edisi Revisi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2013. 85.
Sudarsono Shobrun,Abdullah Aly,Abdullah Mahmud,Doraja Ariyanto. 2005. Studi Islam 1. Surakarta : Pengembangan II d, 2005. 14-16.
Supadie, Didiek Ahmad. 2012. Pengantar Studi Islam, Edisi.Revisi,Cet.2. Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2012. 219.
Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, M.M. Sarjuni, S.Ag., M.Hum. Juni 2012. Pengantar Studi Islam,Edisi revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Juni 2012. pp. 133-135.
Jusmaliani. juni 2011. Pengelolaan Sumber Daya Insani. Jakarta : PT. Bumi Aksara, juni 2011. p. 110.
Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A dan Ir. H. Andi Buchari, M.M. 2013. Islamic Economics. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2013. p. 12.









Comments