Suci Amelia Batubara
Mahasiswa Program
Studi Bisnis dan Manajemen Syariah
Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara
Email:
ameliasuci453@gmail.com
I.Paradigma Ilmu dalam pandangan
Islam yang menjadi dasar pengembangan konsep Kemampuan kerja menurut
pandangan Islam.
Bagian ini
menjelaskan bagaimana peran penting paradigma Islam dalam pengembangan ilmu,
Sumber-sumber pengemabangan ilmu dalam Islam, Metode pengembangan ilmu dalam
Islam dan beberapa paradigma Islam yang digunakan dalam pengembangan ilmu
khususnya dalam penelitian ini, yakni: Tauhid, Ibadah, Ilmu, dan Manusia.
1.1 Pentingnya Paradigma Ilmu
dalam pengembangan Islam
Ilmu pengetahuan dalam Islam
memiliki karakteristik khas yang berbeda secara fundamental dengan ilmu-ilmu
yang dikembangkan di barat, baik landasan, sumber, sarana, dan metodologinya.
Dalam Islam, ilmu pengetahuan memiliki landasan yang kokoh melalui al-Qur’an
dan Sunnah bersumber dari alam fisik dan alam metafisik diperoleh melalui
indera,akal, dan hati (Mohammad Kosim, 2008, hal. 121).
Dalam
perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang
sungguh-sungguh ( ijtihad ) dari para ilmuwan muslim atas persoalan-persoalan
duniawi dan ukhrawi dengan bersumber kepada wahyu Allah Subhanahu Wata’alla.
al-Qur’an dan Hadist merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai petunjuk umat
manusia, termasuk petunjuk tentang ilmu (A.Qadri Azizy, 2003). ilmu
menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam, hal ini terlihat
dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang
tinggi dan mulia disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi
umatnya untuk terus menuntut ilmu (Siti Munawaroh, 2015).
Penjelasan - penjelasan al-Qur’an dan Hadits menunjukkan bahwa paradigma ilmu
dalam Islam adalah teosentris. Karena itu hubungan ilmu antara agama
memperlihatkan relasi yang harmonis, ilmu tumbung dan berkembang berjalan
seiring dengan agama. Karena itu dalam peradaban Islam ulama hidup rukun dengan
para ilmuwan. (Mohammad Kosim , 2008, hal. 124).
Sumber-Sumber Pengembangan
Ilmu dalam Islam
Sumber-sumber pengembangan Imu dalam
Islam adalah al-Qur’an dan Hadits yang seluruh kandungan dalam keduanya adalah
umum dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan apapun yang dikembangkan umat manusia telah ada dalam kedua sumber
Islam tersebut. Oleh karena itu, keduanya dapat dijadikan sumber rujukan langsung
dalam upaya pengembangan jenis ilmu apapun didunia, artinya ilmu apapun sudah
ada dalam al-Qur’an maupun Hadits (Walbridge, 2011, hal. 12).
Metode Pengembangan
Ilmu dalam Islam
Epistemologi merupakan ilmu yang membahas
apa pengetahuan itu dan bagaimana cara memperolehnya. Sehingga dapat dipahami
bahwa epistemologi mempersoalkan penerapan ilmu pengetahuan. al-Qur’an
merupakan kitab yang sangat sempurna dalam menjelaskan metode pengembangan Ilmu
(Mulyadi Kartanegara, 2003, hal. 52).
landasan epistemologi
memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan pengetahuan , sebab ia tempat
berpijak. Epistemplogi disebut juga metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan
dalam menyusun pengetahuan dengan benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode ilmiah sangat
penting, sehingga banyak pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada
metode dan cenderung kaku dalam menerapkannya. Epistemologi atau teori mengenai
ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia. Didalam
konteks Islam ia merupakan parameter yang memetakan apa yang mungkin dan
apa yang tidak mungkin (Mujamil Qomar, 2005, hal. 25-26).
Ilmu pengetahuan diBarat lebih menekankan pada proses atau metode ilmiah yang
dilewati sebagai sarana mencapai kebenaran. Adapun pengetahuan didunia Islam
lebih menekankan pada aksiologi. Aksiologi merupakan Weltanschauung yang
berfungsi sebagai landasan mengkonstruksi fakta. Islam tidak menghendaki
keterpisahan antara ilmu dan system nilai, seperti yang terjadi dibarat. Ilmu
adalah fungsional ajaran wahyu. Ilmu merupakan hasil dialog antara ilmuwan
dengan ralitas yang diarahkan perkembangannya oleh wahyu al-Qur’an. Islam
meletakkan wahyu sebagai paradigma agamawi yang mengakui eksitensi Tuhan, tidak
hanya sebatas keyakinan semata tetapi diterapkan dalam konstruksi Ilmu
pengetahuan (Muhajir Noeng, 2000, hal. 105-106).
1.2. Paradigma
Tauhid
Secara
terminologis, seperti dipaparkan oleh Umar al-Arbawi bahwa tauhid berarti pengesaan
pencipta Allah dengan ibadah baik dalam Dzat, sifat maupun perbuatan (Umar
al-Arbarwi, 1984, hal. 15).
Tauhid
merupakan landasan utama daan pertama keyakinan Islam dan implementasi
ajaran-ajarannya. Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada Aqidah dan tidak ada
Islam dalam arti yang sebenarnya. Tauhid mengakui menyakini dan mengakui
keesaan Allah, dengan membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala
kemusyikan. Tauhid mempunyai kedudukan dan fungsi sentral dalam kehidupan
muslim, bagi seorang muslim tauhid menjadi dasar dalam Aqidah,Syariat dan
Akhlak (Dra.Mahasri Shubahiya.M.Ag & Drs. Imron Rosyadi,M.Ag, hal.
14). Allah Subhanuhu Wata’alla berfirman:
" Allah
tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah) melainkan ia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan apa yang dilangit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at
disisi Allah tanpa izinnya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendakinya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi Maha Besar."
(
al-Qur’an Surah al-Baqarah 2: 255).
1.3.
Paradigma Ibadah
Menurut
bahasa, kata ibadah berati patuh (al-tha’ah), dan tunduk ( al-khudlu).
Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri. Menurut al- Azhari ,kata
ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah
(Muhaimin,Abdul Mujib& Jusuf Mudzakkir, 2005). Ibadah juga merupakan
segala usaha lahir dan batin sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan
kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhjadap diri sendiri,keluarga,
masyarakat maupun terhadap alam semesta (Amir Syarifuddin, 2003, hal. 17).
Ibadah
mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan
ketentuaan Allah SWT yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapatkan ridho Allah
SWT. Prilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah dan dicontohkan oleh
Rasullulah SAW atau disebut ritual, sperti shalat, zakat, puasa
dll (Dr. Zakiah Dradjat & Drs. A. Sadali, 1994, hal. 300). Allah
Subhanahu Wata’alla menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :
“ barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya dia
akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
zarrah pun, dia akan melihat balasannya pula”
(
al-Qur’an Surah al.Zalzalah,99:7-8).
1.4.Paradigma Ilmu
Ilmu
merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan
mempunyai cabang pengetahuan dan ilmu merupakan salah satu dari cabang
pengetahuan tersebut (Drs. Sudarsono Shobron, M.Ag,, 2009, hal. 31)
Epistemologi
Islam bahwa segala sesuatu yang bersumber dari alam fisik dan non fisik. Dengan
demikian menjadi jelas bahwa sumber pengetahuan dalam Islam adalah alam fisik
yang bisa di indra dan alam metafisik yang tidak bisa di indra seperti tuhan,
malaikat, alam kubur, alam akhirat. Alam fisik dan alam non fisik sama nilainya
sebagai ilmu pengetahuan (Mulyadi Kertanegara, 2002, hal. 58).
Di dalam al-Qur’an
kata ilmu bermakna bahwa ajaran Islam sebagimana tercermin dalam al-Qur’an
sangat kental dengan nuansa-nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat
ciri penting dari agama Islam sebagaimana dikemukan oleh Dr.Mahadi Ghulsyani: “
salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya
terhadap ilmu, al-Qur’an dan al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencri dan
mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat tinggi” (Siti Munawaroh, 2015).
Sedemikian
pentingnya ilmu pengetahuan tersebut, hingga Allah Subhanahu Wata’alla
berfirman dalam al-Qur’an surah al-Mujadilah: 11 yang berbunyi:
‘’ Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kepada
kalian, berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untuk kalian. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui atas apa yang kalian
kerjakan “
(al-Qur’an
Surah al-Mujadillah 58: 11)
1.5.Paradigma
Manusia
Manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna dan ciptaan yang terbaik. Ia dilengkapi
dengan akal pikiran agar mampu memahami dan mengamallkannya serta bertanggung
jawab atas segala perbuatannya. Allah menciptkan manusia sebagai khalifah
dimuka bumi dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan untuk mengabdi kepadanya
agar manusia mampu melaksanakan tugas dan fungsi penciptaannya, maka manusia
dibekali Allah dengan berbagai potensi dann kemampuan. Manusia harus
mendayagunakan potensi yang dianugerahkan kepadanya secara bertanggung jawab
dalam merealisasikan tujuan dan fungsi penciptaannya di alam ini baik sebagai
‘Abd maupun Khalifah fi al.Ardh (Drs. Bukhari Umar.M,Ag., 2010, hal. 18).
Allah Subhanahu Wata’alla berfirman:
“sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “mengapa engkau hendak menciptakan khalifah di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?” Tuhan
berfirman: “ sesungguhnya aku mengetahui apa yang tiak kamu ketahui”.
(al-Qur’an
Surah al-Baqarah 2: 30)
2. Konsep Kemampuan
Kerja Menurut Paradigma Islam
Allah telah
menganugerahkan seseorang dengan keahlian dan kemampuannya masing-masing.
Manusia merupakan sumber daya yang paling penting untuk mencapai suatu
keberhasilan. Untuk mencapai itu semua harus diperhatikan kualitas sumber daya
manusia seperti: bakat,tenaga,kreatifitas, dan usaha kepada organisasi. Islam
mendorong umatnya untuk memilih seseorang berdasarkan
pengetahuan,pengalaman,kemampuan
2.1. Komitmen sebagai
Implementasi Tauhid
Tauhid
merupakan landasan utama daan pertama keyakinan Islam dan implementasi
ajaran-ajarannya. Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada Aqidah dan tidak ada
Islam dalam arti yang sebenarnya. Tauhid mengakui menyakini dan mengakui
keesaan Allah, dengan membersihkan keyakinan dan pengakuan tersebut dari segala
kemusyikan. Kedudukan tauhid dalam ajaran Islam adalah paling sentral dan
paling esensial. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus
dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satu-satunya sumber nilai.
Apa yang dikehendaki oleh Allah akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid.
Komitmenya kepada Tuhan adalah utuh, total,positif, dan kukuh, mencakup cinta
dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan serta berkemauan keras
untuk menjalankannya (Anisatul Mahmudah, 2015). Dalam hal ini Allah
Subhanuhu Wata’alla berfirman:
“Allah
tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah) melainkan ia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan apa yang dilangit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at
disisi Allah tanpa izinnya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendakinya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi Maha Besar”.
(
al-Qur’an Surah al-Baqarah 2: 255).
2.2. Nilai sebagai
Implementasi Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan
mempunyai cabang pengetahuan dan ilmu merupakan salah satu dari cabang
pengetahuan tersebu. Sebuah fakta yang tak terbantahkan bahwa Ilmu itu tidak
bebas dari nilai tetapi merupakan syarat nilai. Ilmu yang ada dalam peradaban
barat diklaim sebagai bebas nilai. Nilai menjadikan manusia agar terdorong
untuk melakukan tindakan agar harapannya dapat terwujud didalam kehidupan
masing-masing individu. Ilmu yang merupakan peran penting bagi setiap individu
sangat berpengaruh pada kemampuannya sehingga individu harus memiliki
nilai-nilai yang tinggi dalam integritas seorang individu (Drs.
Hermanto,M.pd.M.si & Winarno, s.pd.M.si, 2008, hal. 128).
2.3. Keimanan sebagai
Implementasi Ibadah
Ibadah mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan
ketentuaan Allah yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapatkan ridho Allah
Pondasi ibadah yang akan diterima disisi Allah adalah keimanan. Tanpa keimanan
kepada Allah semua bentuk perbuatan tidak bernilai ibadah. Dalam hal ini Allah
berfirman:
“ Dan
mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu,serta mereka yakin akan adanya (
kehidupan) akhirat”.
(al-baqarah Surah
Al-Baqarah 2: 4)
Firman Allah diatas menjelaskan bahwa syarat utama manusia beribadah kepada Allah
adalah beriman dan yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa al-Qur’an adalah kitab
yang memberi petunjuk kejalan yang lurus. Dengan demikian iman merupakan
pondasi utama kehidupan keIslaman seseorang apabila pondasi utamanya kuat, maka
bangunan keimanan yang terealisasikan dalam bentuk ibadah orang tersebut pun
akan kuat pula. Dan dalam kinerja seseorang yang mempunyai keimanan tentu dia
akan amanah dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang ia lakukan untuk mencapai
keberhasilan tersebut (Drs. K.H.Abdul Hamid,M.Ag & Drs. Beni Ahmad
Saebani,M.si, 2009, hal. 116-117).
2.4.Potensi sebagai
Implementasi Manusia
Al-qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia dialam ini adalah sebagai
khalifah dan ‘abd untuk melaksanakan fungsi ini Allah membekali manusia dengan
seperangkat potensi. Dalam konteks ini, ilmu merupakan upaya yang ditujukan
kearah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga
dapat diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti berkemampuan menciptakan
sesuatu yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.
Allah menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kelebihan dimaksudkan karena
Allah akan memberikan tugas yang mulia kepada manusia yakni menjadi khalifah
Allah dimuka bumi yang bertugas memakmurkan bumi ini. Untuk melaksanakan tugas
kekhalifaan dengan baik maka tidak bisa tidak terkecuali harus didasarkan pada
semangat pengabdian yang murni hanya karena Allah semata. dalam hal ini Allah
berfirman :
“ Dan aku
tidak menciptkan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
(al-Qur’an Surah
Al-Baqarah 2: 56)
KESIMPULAN
Kemampuan
kerja merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Dan dalam kemampuan ilmu merupakan salah satu kunci dalam
kemampuan adalah pengetahuan yang dimilki oleh setiap manusia. Ilmu mempunyai
nilai yang menjadikan manusia agar terdorong untuk melakukan tindakan agar
harapannya dapat terwujud didalam kehidupan masing-masing individu. Ilmu yang
merupakan peran penting bagi setiap individu sangat berpengaruh pada
kemampuannya sehingga individu harus memiliki nilai-nilai yang tinggi dalam
integritas seorang individu. Sebagai khalifah dimuka bumi ini Allah telah
menciptakan dan menganugerahkan potensi kepada setiap orang untuk melakukan
sesuatu yang menurutnya baik dan membuahkan hasil. kurangnya kemampuan kerja
yang disebabkan oleh kurangnya pengalaman dibidang kerja yang tentunya akan
mempengaruhi profesionalisme dalam bekerja. Faktor kemampuan dalam bekerja
sangatlah penting bagi seseorang, kemampuan kerja dapat dikatakan baik apabila
dapat menyelesaikan tugasnya secara tepat waktu.namun kenyataanya banyak sekali
karyawan yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya secara efisien dikarenakan
faktor kemampuan yang tidak dimiliki. Kemampuan karyawan tercermin dari
kinerja, kinerja yang baik tentunya akan menghasilkan kinerja yang optimal.
Dari hasil
penelitian rumusan masalah sebelumnya dapat ditarik kesimpulan pertama, paradigma
ilmu yang menjadi pandangan islam yang menjadi konsep kemampuan kerja adalah
bahwa banyak pertanyaan - pertanyaan ditengah-tengah kehidupan masyarakat
tentang perkembangan kemampuan kerja yang masih kurang dalam menyelesaikan
pekerjaannya. kedua, konsep kemampuan kerja menurut paradigma ilmu yaitu bahwa
konsep yang ada yaitu dengan menambah pengalaman kerja yang dapat menentukan
hasil pekerjaan yang optimal.
Pandangan
Islam dalam paradigma ilmu yang menjadi pengembangan konsep kemampuan kerja
antara lain: paradigma tauhid, paradigma ilmu, paradigma ibadah,
paradigma manusia. Dan konsep kemampuan kerja menurut paradigma islam: komitmen
sebagai implementasi tauhid, nilai sebagai implementasi ilmu, keimanan sebagai
implementasi ibadah, potensi sebagai implementasi manusia.
Daftar Pustaka
A.Qadri Azizy. (2003). Pengembangan Ilmu-Ilmu
Keislaman. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen
Agama RI.
Amir Syarifuddin. (2003). Garis-Garis Besar
Fiqh. Jakarta: Kencana.
Anisatul Mahmudah. (2015, Februari 10). Makalah
tentang Tauhid dalam Islam. Retrieved Mei 09, 2016, from Makalah tentang
Tauhid dalam Islam:
http://www.perkuliahan.com/makalah-tentang-tauhid-dalam-islam/
Dr. Zakiah Dradjat & Drs. A. Sadali. (1994). Dasar-Dasar
Agama Islam. Jakarta: PT.Bulan Bintang.
Dra.Mahasri Shubahiya.M.Ag & Drs. Imron
Rosyadi,M.Ag. Studi Islam I. Jakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu
dasar.
Drs. Bukhari Umar.M,Ag. (2010). Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Amzah.
Drs. Hermanto,M.pd.M.si & Winarno, s.pd.M.si.
(2008). Pengantar Studi Islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Drs. K.H.Abdul Hamid,M.Ag & Drs. Beni Ahmad
Saebani,M.si. (2009). Fiqh Ibadah. Jakarta: CV. Pustaka Setia.
Drs. Sudarsono Shobron, M.Ag,. (2009). Studi
Islam 3. Jakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu dasar.
Mohammad Kosim . (2008). Ilmu Pengatahuan dalam
Islam ( perspektif Filosofis-Historis). Tadris , Volume 3 No.2,
124.
Mohammad Kosim. (2008). Ilmu Pengatahuan dalam
Islam ( perspektif Filosofis-Historis). Tadris , Volume 3 No.2,
121.
Muhaimin,Abdul Mujib& Jusuf Mudzakkir. (2005). Kawasan
dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana.
Muhajir Noeng. (2000). Landasan Metodologi
Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Mujamil Qomar. (2005). Epistemologi Pendidikan
Islam dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga.
Mulyadi Kartanegara. (2003). Menyibak Tirai
Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam cetakan I. Bandung: Mizan.
Mulyadi Kertanegara. (2002). Menembus batas
Panorama Filsafat Islam. Bandung: Mizan.
Siti Munawaroh. (2015, April 26). Ilmu
Pengetahuan Dalam Islam. Retrieved Mei 01, 2016, from Ilmu Pengetahuan
Dalam Islam:
http://sitiimunawaroh.blogspot.co.id/2015/04/ilmu-pengetahuan-dalam-islam.html?m=1
Siti Munawaroh. (2015, April 26). Ilmu
Pengetahuan Dalam Islam. Retrieved Mei 01, 2016, from Ilmu Pengetahuan
Dalam Islam:
http://sitiimunawaroh.blogspot.co.id/2015/04/ilmu-pengetahuan-dalam-islam.html?m=1
Umar al-Arbarwi. (1984). Kitab Tauhid.
Aljazair: Matba'at Waraqat Asriyah.
Walbridge, J. (2011). God and logic in Islam:
The Caliphate of Reason. Cambridge: Cambridge University Press.
Artikel yang bagus, menarik dan bermanfaat...
ReplyDeleteuntuk Training ISO bisa menghubungi:
Training ISO
(FR)