Suha Nabila Ulfa ( Merek dalam pandangan Islam)



Merek  Menurut Pandangan Islam

Suha Nabila Ulfa
Mahasiswa Program Studi Bisnis Dan Manajemen Syariah
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Email: suhanabilaulfa@gmail.com

I.Paradigma Ilmu dalam pandangan Islam yang menjadi dasar pengembangan konsep merek menurut pandangan Islam.
Bagian ini menjelaskan bagaimana peran penting paradigma Islam dalam pengembangan ilmu, Sumber-sumber pengemabangan ilmu dalam Islam, Metode pengembangan ilmu dalam Islam  dan beberapa paradigma Islam yang digunakan dalam pengembangan ilmu khususnya dalam penelitian ini, yakni: Tauhid, Ibadah, dan  Ilmu.
1.1  pentingnya paradigma ilmu dalam pandangan islam
faktor utama dalam sebuah peradaban besar adalah ilmu pengetahuan sebagai faktor utama dalam perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan mendapatkan perhatian yang serius dalam islam. Masa sebelum kedatangan islam yang disebut dengan masa jahiliyah, misalnya merupakan argumentasi penting bahwa islam datang dengan membawa ilmu pengetahuan dan (Helmi Nawali)
Sumber –Sumber  pengembangan ilmu dalam islam
Substansi Al-Qur’an sebagai sumber utama agama islam juga menjadi bukti bahwa Islam sangat mengapresiasi ilmu pengetahuan. Misalnya, dalam wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad saw. Kata Iqra’, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan objek yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Lebih lanjut, Shihab menyatakan bahwa kata Iqra berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah maupun diri sendiri, baik yang tertulis maupun tidak (Muhammad Quraish Shihab, 2013, hal. 269-270)
Metode pengembangan ilmu dalam islam
Salah satu di antara metode epistemologi pendidikan Islam adalah metode intuitif. Metode ini cukup mampu memberi kontibusi dalam pengembangan Ilmu pengetahuan termasuk pengetahuan pendidikan islam. Ini merupakan metode yang khas bagi Ilmuan yang menjadikan tradisi ilmiah barat sebagai landasan berpikir karena metode tersebut tidak pernah diperlukan dalam ilmu pengetahuan. Di kalangan ilmuan muslim seakan-akan ada kesepakatan untuk menyetujui intuisi sebagai metode yang sah dalam mengembangkan pengetahuan, sehingga terbiasa menggunakan metode dalam menggagas pengembangan pengetahuan (Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, 2006, hal. 296)
Metode pengembangan islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan yang bersumber pada al-Quran dan hadist oleh karena itu untuk mendalaminya perlu melakukan implikasi-implikasi dalam kitab suci al-Quran dan hadis antara lain sebagai berikut: 1). Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat dalam al-Quran menunjukkan fenomena dalam firman-firman allah mengandung metode metode disesuaikan dengan kecenderungan atau kemampuan jiwa manusia yang hidup di situasi dan kondisi yang berbeda. 2). Dalam memberikan perintah dan larangan allah senantiasa memperhatikan pada kemampuan masing-masing hambanya sehingga taklif bebannya berbeda-beda meskipun dalam tugas yang sama (Al- Jadiyd, 2013).
1.2. Paradigma Tauhid
Tauhid berasal dari kata wahhada, yuwahiddu, tawhidan yang artinya harfiyahnya menyatukan, mengesakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu satu. Yang dimaksud dengan makna harfiyah diatas adalah mengesakan atau mengakui dan meyakini akan keesaan Allah swt. Tauhid adalah esensi aqidah dan iman dalam islam. Tauhid merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan implementasi ajaran-ajarannya (Sudarsono Shobron & Abdullah Aly & Abdullah Mahmud & Darojat Ariyanto, 2005).Allah Subhanuhu Wata’alla berfirman:

“Allah tidak ada Tuhan ( yang berhak disembah) melainkan ia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan apa yang dilangit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at disisi Allah tanpa izinnya? Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakinya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi Maha Besar”.( al-Qur’an Surah al-Baqarah: 255).
1.3. Paradigma Ibadah
Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah. Karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah terbagi atas ibadah khusus dan umum. Yang umum ialah segala amalan yang dizinkan Allah. Khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya tingkat dan cara-caranya. Kerendahan jiwa rendah hati, dan tidak kepada nasab keturunannya, semua itu adalah gejala kedamaian dan keamanan sebagai pengakuan dari ibadah (Abuddin Nasa, 2013, hal. 82-83). Allah Subhanahu Wata’alla menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :
“ barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, dia akan melihat balasannya pula” (al-Qur’an Surah al.Zalzalah,99:7-8).
1.4. Paradigma Ilmu
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa istilah yang menyangkut ilmu ada empat istilah yakni ilmu, pengetahuan , dan sains. Istilah ilmu berbeda dengan ilmu pengetahuan dari metode untuk mendapatkannya. Istilah ilmu pengetahuan merupakan penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan ilmiah. Istilah sains berasal dari science mempunyai gambaran yang agak jelas.Ilmu merupakan terjemahan dari bahasa Inggris science berasal dari bahasa latin scientia yang diturunkan dari kata schire yang berari mengetahui dan belajar. Maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu yang bersifat empiris melalui cara tertentu (Drs. Sudarsono Shobron,M.Ag, 2006). Allah Subhanahu Wata’alla berfirman dalam al-Qur’an surah al-Mujadilah: 11 yang berbunyi:

‘’ Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kepada kalian, berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk kalian. Dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui atas apa yang kalian kerjakan “(al-Qur’an Surah al-Mujadillah: 11


       2.      MODEL KONSEP MEREK MENURUT PARADIGMAS  ISLAM
Merek memiliki banyak fungsi, diantaranya ia mencerminkan sebuah barang atau jasa dari segi jenis, kualitas, mutu atau penyajian. Merek merupakan problematika baru yang muncul seiring makin menggeliatnya aktivitas bisnis. Merek pertama kali digunakan di dunia Eropa sejak itu banyak undang-undang mengenai merek. Lalu masuk di komunitas masyarakat Islam. Dari sini para ulama berusaha mengkajin hakekat merek dan hukum memakainya, agar masyarakat khususnya pemakai merek merasa nyaman akan transaksi tersebut.
        2.1    Implementasi Tauhid dalam Konsep Merek  Menurut Paradigma Islam
Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan adalah penghayatan kepada asmaul husna. Penghayatan itu, tampak bahwa allah itu Esa dalam zat, Esa dalam sifat, dan Esa dalam perbuatannya. Agama islam adalah agama tauhid. Berdasarkan firman allah
Artinya : “ Dialah allah. Yang maha Esa, Allah adalah tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. “
                                
((al-Qur’an surah Al-Ikhlas  112:1-4)
            Tauhid  berdasarkan ayat Al quran di atas melahirkan sifat tauhid, pola perilaku kompetensi , dan hasil karya cipta pada setiap nilai tertentu. (Zainuddin Ali, 2008).
Tauhid berarti harfiyah yang berarti menyatukan, mengesakan, atau mengakui bahwa sesuatu itu satu. Yang dimaksud dengan makna harfiyah ialah mengesakan atau mengakui dan meyakini akan keesaan allah. Dalam konsep tauhid adanya sifat tauhid sangat diperlukan untuk membentuk perilaku kompetensi dan hasil karya cipta termasuk pada merek , merek sendiri digunakan untuk memberikan nama atau label pada produk untuk memperoleh hak cipta, Islam memberikan banyak konsekuensi yang ada pada merek. Adanya konsekuensi pada merek diperlukan karena pembuatan merek sendiri tersebut ada aturan pembuatan dan menjadi hak milik seseorang. Maka merek tersebut tidak dibolehkan digunakan sembarangan oleh orang lain hal ini diperjelas dalam pandangan fikih mengenai merek.
        2.2    Implementasi Ibadah dalam Konsep Merek  Menurut Paradigma Islam
 Pengertian ibadah sendiri ialah istilah teknis dalam teologi yang berarti perbuatan pengabdian atau ritual. Ibadah sendiri berasal dari kata kerja abada (mengabdi), sedang kata abd berarti hamba atau pelayan. (Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, 2005).
            Ibadah juga berarti bakti manusia kepada allah karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Ibadah juga terbagi atas ibadah khusus dan umum. Yang umum ialah segala amalan yang diizinkan allah sedangkan khusus ialah apa yang ditetapkan allah akan perincian dan tingkat-tingkatnya. Kerendahan jiwa rendah hati menyadarkan diri kepada amal saleh. (Abuddin Nasa, 2013). Dalam konsep ibadah adanya prinsip tanggung jawab dari seseorang kepada tuhannya sangat diwajibkan termasuk dalam menjalankan segala kegiatan. Maka daripada itu tanggung jawab juga sangat dibutuhkan  dalam pembuatan merek. Adanya tanggung jawab dalam pembuatan merek dibutuhkan untuk menanggung segala resiko yang ada dalam pembuatan merek tersebut. Tanggung jawab dalam pembuatan merek juga sangat dibutuhkan untuk memperjelas dan meyakinkan hasil dari suatu  produk tersebut.
2.3    Implementasi Ilmu dalam Konsep Merek Menurut Paradigma Islam
     Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa istilah yang menyangkut masalah Ilmu. Paling tidak ada empat istilah yakni Ilmu, Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, dan Sains. Istilah Ilmu berbeda dengan pengetahuan tertama dari metode untuk mendapatkannya. Istilah Ilmu Pengetahuan merupakan penggabungan dua kata yang bermakna pengetahuan ilmiah. Sebagai suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi dan mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai gejala-gejala yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. (Sudarsono Shobron, 2006). Ilmu pengetahuan berguna bagi manusia untuk membedakan mana yang benar dan salah. Islam sendiri juga mengajarkan untuk menuntut ilmu hal tersebut sudah sangat jelas bahwa ilmu sangat berguna dan penting untuk kehidupan manusia. Dalam konsep merek adanya pengetahuan untuk pembuatan merek berguna untuk memebedakan mana merek yang baik dan tidak. Untuk menentukan kualiatas baik buruknya suatu merek, karena pembuatan merek tersebut tidak sembarangan. Tanpa ilmu pembuatan merek juga tidak akan bagus dan tidak memiliki arti yang baik sesuai produk, karena dalam islam pembuatan merek juga sangat diperlukan khususnya untuk produk makanan untuk membedakan mana yang halal dan haram. 

Kesimpulan
Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk, dimana merek suatu produk dapat memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk membedakan dari produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan pada saat pembelian ulang produk tersebut. Pada dasarnya merek terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang dapat diucapkan yaitu nama merek, dan bagian yang dapat dikenali tetapi tidak dapat diucapkan yaitu tanda merek.
Dari rumusan masalah yang terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan dari pernyataan tersebut. Pertama , paradigma ilmu yang menjadi pandangan islam yang menjadi konsep merek adalah banyaknya pertanyaan-pertanyaan mengenai merek yang masih kurang dalam penerapannya. Kedua , konsep merek menurut paradigma ilmu yang menjadi pengembangan konsep merek yaitu dengan menambah pengetahuan mengenai merek dalam keseharian agar dapat menambah wawasan dari merek tersebut.
Pandangan islam dalam paradigma ilmu yang menjadi pengembangan konsep merek adalah paradigma tauhid , paradigma ilmu , paradigma ibadah. Dan konsep merek menurut paradigma islam adalah konsekuensi sebagai implementasi tauhid, tanggung jawab sebagai implementasi ibadah, pengetahuan sebagai implementasi ilmu.

Daftar Pustaka
Abuddin Nasa. (2013). Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Al- Jadiyd. (2013, Juli 03). Teori-Teori Pengembangan Metode dalam Pendidikan Islam. Retrieved Mei 03, 2016, from Teori-Teori Pengembangan Metode dalam Pendidikan Islam: http://al-jadyid.blogspot.co.id/2013/07/teori-teori-pengembangan-metode-dalam.html?m=1
Dr. Mujamil Qomar, M.Ag. (2006). Metode Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga.
Drs. Sudarsono Shobron,M.Ag. (2006). Studi Islam 3. Surakarta: Lemabaga pengembangan ilmu-ilmu dasar.
Helmi Nawali. (n.d.). Perkembangan Iilmu pengetahuan dalam peradaban Islam. Retrieved Mei 03, 2016, from Perkembangan Ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam: http:www.acedemia.edu/4823938/perkembangan_ilmu_pengetahuan_dalam_peradaban_islam
Muhammad Quraish Shihab. (2013). Wawasan al-Quran : Tafsir Tematik atas berbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Sudarsono Shobron & Abdullah Aly & Abdullah Mahmud & Darojat Ariyanto. (2005). Studi Islam 1. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar.
Abuddin Nasa. (2013). Metedologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudarsono Shobron. (2006). Studi Islam 3. Surakarta: Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar.
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin. (2005). Kamus Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Bumi Aksara.
Zainuddin Ali. (2008). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.









Comments